Minggu ke-4 Paskah [B]
21 April 2024
Yohanes 10:11-18

Profesi dan panggilan sepertinya dua hal yang serupa. Seorang perempuan merasa bahwa ia terpanggil untuk menyembuhkan orang lain dan memutuskan untuk menjadi seorang dokter. Setelah bertahun-tahun menjalani pelatihan, ia mulai bekerja di rumah sakit atau klinik, melayani pasien, dan akhirnya membantu menyembuhkan orang yang sakit dan juga menghidupi dirinya dan keluarganya. Dari contoh ini, tidak ada perbedaan yang signifikan antara profesi dan panggilan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, dua hal ini pada dasarnya berbeda. Namun, apa saja perbedaannya? Dan bagaimana hal ini mempengaruhi iman dan kehidupan kita?

Sederhananya, profesi adalah apa yang kita lakukan, dan panggilan adalah siapa diri kita. Profesi adalah tentang ‘aksi’, dan panggilan adalah tentang ‘identitas’. Kita melakukan profesi untuk mencari nafkah, sementara panggilan adalah hidup kita. Profesi tetap ada selama kita bekerja atau dipekerjakan, tetapi ketika kita tidak lagi bekerja, kita kehilangan profesi tersebut atau beralih ke profesi lain. Namun, panggilan mendefinisikan siapa diri kita. Kita tidak kehilangan panggilan kita ketika kita berhenti bekerja; pada kenyataannya, panggilan kita memberikan identitas pada setiap tindakan kita. Beberapa panggilan hanya berhenti ketika kita mati, tetapi beberapa lainnya berlanjut hingga kekekalan.

Contoh terbaik yang kita miliki adalah Yesus, gembala yang baik. Yesus membedakan diri-Nya dengan ‘orang-orang upahan’ yang melakukan hal yang sama seperti gembala tetapi hanya untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, mereka akan memprioritaskan diri mereka sendiri, sehingga mereka lari dan meninggalkan kawanan domba ketika bahaya datang. Panggilan Yesus adalah sebagai gembala, oleh karena itu, domba-domba-Nya adalah bagian integral dari identitas Yesus. Seorang gembala bukanlah gembala tanpa domba-dombanya. Namun, tidak cukup hanya dengan menerima panggilan; kita harus menghidupi panggilan kita sepenuhnya. Seperti Yesus, tidak cukup hanya menjadi gembala biasa, tetapi Yesus memilih untuk menjadi gembala yang baik, gembala yang mengorbankan nyawa-Nya demi keselamatan domba-domba-Nya.

Ada beberapa jenis panggilan dalam Gereja Katolik. Pertama, panggilan kita adalah menjadi orang Kristen. Kemudian, ada yang dipanggil untuk hidup berumah tangga, sebagai suami dan istri, untuk berkeluarga, menjadi ayah dan ibu. Beberapa orang juga dipanggil untuk menjadi rohaniawan wanita dan pria, serta menjadi imam yang ditahbiskan. Semua itu merupakan panggilan karena panggilan-panggilan itu membentuk identitas, misi, dan kehidupan kita. Sebagai seorang bapa, dia tidak hanya melakukan hal-hal yang kebapakan; dalam segala hal yang ia lakukan, ia melakukannya sebagai seorang bapa. Hal yang sama juga berlaku untuk panggilan-panggilan lainnya.

Suatu hari, seorang umat datang dan menceritakan bahwa dia baru saja mengalami keguguran. Dia sangat sedih. Kehilangan bayi perempuannya sangat menyakitkan, dan tanpa seorang anak, dia percaya bahwa dia telah gagal menjadi seorang ibu. Kemudian, saya mengatakan bahwa dia tidak gagal, dan sekali dia menjadi seorang ibu, dia akan selalu menjadi seorang ibu. Meskipun ia kehilangan putrinya di dunia, ia masih memiliki putrinya di alam sana. Iman Katolik mengajarkan bahwa ia harus tetap mencintai putrinya meskipun dengan cara yang berbeda, yaitu dengan cara rohani. Panggilannya sebagai seorang ibu adalah abadi.

Kita semua memiliki panggilan, tetapi tidak cukup hanya dengan menerimanya. Seperti Yesus, gembala yang baik, kita harus memilih untuk menghidupi panggilan kita sepenuhnya.

Roma

Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP