Epifani [C]
5 Januari 2025
Matius 2:1-12
Hanya Matius yang mencatat kisah orang Majus dari Timur, dengan hanya 12 ayat (sekitar 1,12% dari Injilnya). Namun, umat Kristiani dari generasi ke generasi selalu melihat kisah ini sangat menarik dan penuh dengan misteri. Siapakah orang-orang Majus ini? Benarkah mereka berjumlah tiga orang? Dari mana tepatnya mereka datang dari Timur? Apakah “bintang” yang mereka lihat? Apa makna di balik pemberian mereka? Sementara pertanyaan-pertanyaan ini masih menjadi bahan perdebatan dan diskusi, ada satu hal yang membuat kita tidak berbeda dengan para Majus. Apakah itu?
Kenapa kita bisa terpikat oleh kisah perjalanan orang Majus karena kita juga sejatinya sedang melakukan perjalanan. Setiap hari, kita melakukan perjalanan, dari rumah ke sekolah atau tempat kerja, dari satu tempat ke tempat lain. Setiap hari Minggu, kita melakukan perjalanan ke gereja. Terkadang, kita menjelajahi tempat-tempat baru untuk berlibur atau berziarah. Di lain waktu, kita terpaksa untuk pergi ke tempat-tempat yang kita tidak sukai, seperti rumah sakit karena kita sakit. Sejatinya, hidup kita itu sendiri adalah sebuah perjalanan. Dari saat kita meninggalkan rahim ibu kita, hingga kita mencapai tujuan akhir kita, kita terus bergerak melintasi ruang dan waktu. Kita adalah peziarah di dunia ini. Jauh di dalam hati, tidak jarang kita bertanya, “Ke mana saya pergi? Apakah perjalanan saya memiliki tujuan?”
Kisah para Majus memberikan kita jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar ini. Ketika para Majus menemukan “bintang” sang Raja yang baru lahir, mereka tahu bahwa mereka harus menemukan-Nya. Namun, mereka bisa saja salah menafsirkan arti bintang itu. Di sepanjang perjalanan, mereka bisa saja menghadapi potensi bahaya dan tantangan yang tak terduga. Risikonya sangat besar. Namun, mereka tidak menyerah. Sebagai peziarah sejati, mereka terus maju dengan satu harapan untuk menemukan Dia yang paling mereka dambakan.
Matius hanya memberikan sedikit rincian tentang perjalanan mereka, dan membiarkan imajinasi kita mengambilnya selebihnya. Namun, kita dapat merasakan betapa terkejutnya mereka ketika mereka gagal menemukan Raja yang baru lahir di Yerusalem. Mereka mungkin berharap bahwa Raja itu adalah putra Herodes, raja yang sedang berkuasa pada saat itu. Meskipun mengalami kegagalan, mereka tidak hilang harapan dan terus melanjutkan perjalanan mereka. Rasa terkejut mereka semakin menjadi-jadi ketika mereka menemukan Raja mungil di rumah Yusuf dan Maria yang sederhana. Sekali lagi, walaupun di luar bayangan mereka, mereka tidak berhenti berharap bahwa kelak, bayi ini sungguh akan menjadi raja besar, dan mereka memberikan penghormatan dan persembahan. Para Majus menjadi orang non-Israel pertama yang menerima Yesus. Perjalanan mereka mengingatkan kita akan kata-kata Santo Paulus: “Pengharapan tidak mengecewakan” (Roma 5:5).
Seperti orang Majus, kita juga adalah peziarah di dunia ini. Terkadang, kita merasa tidak yakin dengan jalan kita, dikelilingi oleh ketidakpastian. Terkadang, perjalanan kita tampak tidak berarti, terutama ketika kita lelah atau tersesat. Seringkali, kita takut menghadapi tantangan dan bahaya. Namun, jauh di dalam lubuk hati kita, kita tahu bahwa kita harus terus melangkah maju, karena sebuah pengharapan bahwa perjalanan kita menuju Yesus akan menghasilkan buah sejati. Karena Dialah yang paling dirindukan oleh hati kita. Gabriel Marcel, seorang filsuf Katolik, dengan indah mengungkapkan hal ini dalam bukunya Homo Viator, “Saya berpikir bahwa harapan bagi jiwa adalah seperti bernapas bagi organisme hidup. Di mana harapan tidak ada, jiwa menjadi kering dan layu…” Kita adalah peziarah di bumi ini, dan kita berjalan bukan karena takut atau putus asa, tetapi karena pengharapan.
Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
Pertanyaan Panduan
Apakah kita sadar bahwa kita adalah pendatang di bumi ini, bukan penghuni tetap? Apakah kita mengenali tujuan kita yang sebenarnya? Upaya apa yang kita lakukan untuk tetap berada di jalan yang benar? Bagaimana kita menanggapi tantangan dan masalah dalam perjalanan kita? Bagaimana kita dapat menjaga harapan kita tetap hidup selama perjalanan panjang ini?