Minggu Paskah [C]
20 April 2025
Yohanes 20:1-9

Beberapa Bapa Gereja, seperti Santo Efremus dari Siria, Santo Ambrosius, dan Santo Yohanes Krisostomus, melihat Salib Yesus sebagai Pohon Kehidupan yang baru. Pohon Kehidupan pertama kali muncul dalam Kejadian 2:9, di mana Allah menanamnya di tengah-tengah Taman Eden di samping Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat. Meskipun Alkitab tidak menjelaskan lebih lanjut, penempatan Pohon Kehidupan di tengah-tengah mengisyaratkan maknanya yang mendalam. Sama seperti memakan buah dari pohon terlarang akan membawa kematian, menyantap buah dari Pohon Kehidupan akan memberikan hidup kekal dan persekutuan dengan Tuhan.

Adam, Hawa, dan keturunan mereka dapat hidup selamanya bersama Allah, jika saja mereka memilih Pohon Kehidupan daripada Pohon Pengetahuan. Tragisnya, mereka memilih ketidaktaatan, sehingga membawa kematian atas diri mereka sendiri dan seluruh umat manusia. Diusir dari Eden, mereka terpisah dari Pohon Kehidupan yang dijaga oleh malaikat kerubim (Kej 3:24). Tanpa pohon itu, umat manusia berjalan menuju binasa.

Namun, kita bukannya tanpa pengharapan. Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Dia memberikan Putra-Nya yang tunggal (Yoh 3:16), dan Yesus, pada gilirannya, mengasihi kita “sampai pada kesudahannya” (Yoh 13:1), menyerahkan hidup-Nya agar kita “mempunyai hidup dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Bagi Yesus, Salib bukanlah sebuah takdir yang tak terhindarkan, melainkan sebuah pilihan bebas untuk mengasihi. Meskipun penyaliban adalah kematian yang brutal dan memalukan, Kristus mengubah Pohon Terkutuk ini menjadi Pohon Kehidupan yang kudus. Dia mengajarkan kepada kita bahwa dengan memeluk salib kita sendiri, dan juga menyatukannya dengan salib-Nya, kita akan menemukan kehidupan yang penuh dan kebangkitan yang sejati.

Salib sejatinya adalah sebuah kenyataan dalam hidup kita yang membawa penderitaan. Salib terwujud dalam dua bentuk. Salib jenis pertama adalah penderitaan yang tidak dapat dihindari. Ini adalah cobaan yang tidak kita pilih: pengkhianatan, penyakit, pergumulan keuangan, atau ketidakadilan. Pada saat-saat seperti ini, kita memohon rahmat kepada Tuhan untuk bertahan, mempersembahkan penderitaan kita dalam persatuan dengan Salib Kristus sehingga dapat menghasilkan buah-buah rohani.

Jenis Salib yang kedua adalah penderitaan yang lahir dari kasih. Ini muncul dari komitmen dan pengorbanan kita. Contoh yang baik adalah seorang ibu yang berkomitmen untuk mengasihi bayinya yang masih kecil. Dalam prosesnya, ia akan kehilangan waktu, tenaga, dan sumber daya lainnya. Membesarkan dan melindungi anak kecilnya secara fisik dan mental sangat melelahkan. Ia juga kehilangan kesempatan untuk hidup lebih bebas, mendapatkan lebih banyak uang, atau lebih menikmati hidup. Secara lahiriah, ia memikul salibnya, tetapi jauh di dalam dirinya, ia tahu bahwa ia hidup berkelimpahan dan menemukan makna yang lebih dalam di hidupnya, lebih dari yang dapat ditawarkan oleh dunia. Salibnya menjadi pohon kehidupan bagi anaknya. Itulah kebangkitan yang sejati.

Selamat Paskah!

Roma
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

Pertanyaan panduan:
Apa saja salib-salib jenis pertama kita? Bagaimana kita menghadapinya? Apa saja salib jenis kedua kita? Bagaimanakah salib-salib itu membawa kehidupan bagi orang lain? Apakah salib kita, yang dipikul dengan kasih, menjadi Pohon Kehidupan bagi orang-orang di sekitar kita?