RP Hugo Yakobus Susdiyanto O.Carm

Lukas 7:11-17

Pw, St. Kornelius dan St. Siprianus

Selasa, 16 September 2025

Manusia berasal dari tanah dan kelak akan kembali ke tanah. Ini adalah konsep umum atau ajaran ditemukan dalam berbagai agama dan filosofi, misalnya Islam [surat Thaha ayat 55] dan Kristen [Kej 3:19]. Meski demikian, ketika menghadapi peristiwa kematian, terlebih orang yang kita cintai, maka rasa sedih selalu ada.

Warta hari ini mengisahkan tentang Yesus membangkitkan seorang pemuda di desa/kota Nain, di wilayah Galilea. Dalam Bahasa Ibrani: Kata “Nain” (נעים) berarti “menyenangkan” atau “indah”. Dalam warta ini terjadi pertukaran gerak yang indah. Yesus dan para murid-Nya mendekati Nain, yang indah, menyenangkan. Sementara orang banyak bersama janda yang kehilangan anaknya meninggalkan yang indah, yang menyenangkan. Dengan kata lain, mereka akan kehilangan yang indah, yang menyenangkan. Yesus datang dan mengembalikan yang indah, yang menyenangkan. Kepada janda yang kehilangan anak laki-laki, penopang hidupnya, Yesus menegaskan, “Jangan menangis!” Dan kepada pemuda, yang menjadi penopang hidup ibunya, Yesus dengan kuasa sabda-Nya memerintahkan, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”. Pemuda yang telah meninggal itupun bangkit, Yesus menyerahkan kepada ibunya. Melihat hal itu orang banyak berkata, “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”

Pesan warta hari ini antara lain: pertama, sebagaimana yang Tuhan Yesus lakukan bagi janda yang malang, demikian pula Dia selalu memberikan yang berguna kepada kita setiap hari. Tuhan Yesus kiranya tahu yang kita butuhkan. Karenanya, Dia memberikan segala yang kita butuhkan. Kedua, Tuhan Yesus bersabda, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” [Yoh 11:25]. Mukjizat yang Dia lakukan bagi pemuda, yang sudah mati mengajarkan kepada kita bahwa Dialah, Sang Penebus, yang menyelamatkan dan akan memberikan kehidupan kekal bagi kita manusia yang percaya kepada-Nya. Ketiga, Tuhan Yesus memberikan teladan bagi kita tentang bagaimana mewartakan Kasih kepada sesama, terlebih mereka yang lemah, tersingkir dan difabel [janda dalam konteks Yahudi]. Semoga dalam hidup dan kehidupan ini kita dapat menjadi sarana Allah dalam menyalurkan kasih dan rahmat-Nya bagi sesama.