Rm Ignasius Joko Purnomo

Lukas 10:21-24

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Dalam Injil hari ini, kita mendengar bagaimana Yesus bersukacita dalam Roh Kudus dan bersyukur kepada Bapa karena misteri Kerajaan Allah dinyatakan bukan kepada orang bijak dan pandai, melainkan kepada orang kecil, kepada mereka yang berhati sederhana. Di bagian akhir, Yesus mengatakan, “Tidak seorang pun mengenal siapa Bapa selain Anak, dan kepada siapa Anak berkenan menyatakannya.”

Kata-kata Yesus ini mengandung pesan yang sangat mendalam. Yesus adalah pewahyuan kasih Bapa. Melalui diri-Nya, kita mengenal siapa Allah sebenarnya. Ia bukan Allah yang jauh, bukan Allah yang menakutkan, tetapi Allah yang dekat, yang berbelas kasih, yang datang untuk menyelamatkan kita. Dalam diri Yesus, kasih Bapa menjadi nyata. Ketika Ia menyembuhkan orang sakit, di situlah kita melihat hati Bapa yang penuh belas kasih. Ketika Ia mengampuni orang berdosa, di situ kita melihat Bapa yang sabar dan penuh pengampunan. Ketika Ia duduk makan bersama orang kecil dan tersisih, di situlah kita merasakan Bapa yang mau dekat dengan anak-anak-Nya. Semua tindakan Yesus adalah cermin kasih Bapa. Sehingga, siapa pun yang mengenal Yesus dengan hati yang percaya, sebenarnya sedang berjumpa dengan Bapa di surga.

Saudara-saudari terkasih. Masa Adven adalah masa penantian yang penuh harapan. Kita menantikan kelahiran Yesus, Sang Putra Allah, bukan sekadar mengenang peristiwa dua ribu tahun lalu di Betlehem, tetapi sungguh menyambut kehadiran Allah sendiri di tengah hidup kita hari ini. Yesus ingin menyingkapkan wajah kasih Bapa kepada kita. Namun, apakah mata hati kita terbuka untuk melihat? Kadang kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi, terlalu dipenuhi kekhawatiran, ambisi, dan kesibukan, sehingga kita luput melihat kasih Allah yang bekerja dalam hal-hal kecil: dalam perhatian keluarga, dalam kebaikan sesama, dalam ketenangan doa, dalam perayaan Ekaristi yang kita rayakan setiap hari. Adven mengajak kita untuk melihat lebih dalam dengan mata iman, bukan hanya dengan mata jasmani.

Yesus berkata kepada para murid, “Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya.” Itu berarti: kita diberi anugerah besar. Kita bisa mengenal Yesus bukan hanya lewat kisah, tetapi lewat kehadiran nyata-Nya dalam Sabda, Sakramen, dan sesama. Setiap kali kita mendengarkan Injil, Yesus berbicara. Setiap kali kita menerima Ekaristi, Yesus hadir dan menyatukan diri-Nya dengan kita. Setiap kali kita menolong atau mengampuni sesama, Yesus hidup di tengah kita. Betapa besar rahmat ini! Namun, sayang, sering kali kita tidak menyadarinya. Kita melihat, tetapi tidak memperhatikan; kita hadir, tetapi tidak membuka hati. Maka, Yesus mengingatkan kita agar kita sungguh menjadi orang yang melihat dan percaya — bukan hanya secara lahiriah, tetapi dengan hati yang penuh iman dan kasih.

Saudara-saudari terkasih, kalau Yesus adalah wajah kasih Bapa, maka kita pun dipanggil untuk menjadi “cermin kasih Bapa” bagi sesama. Dalam masa Adven ini, marilah kita memantulkan wajah kasih Allah itu dengan cara sederhana: dengan memberi waktu bagi yang kesepian, dengan berkata lembut kepada yang lemah, dengan mengampuni yang bersalah, dengan berbagi dari kekurangan kita. Ketika kita melakukan semua itu, kita ikut menyingkapkan wajah Bapa yang penuh kasih, sebagaimana Yesus telah menyingkapkannya bagi kita.

Marilah kita membuka mata dan hati agar kita sungguh mengalami kasih itu, dan memantulkannya dalam hidup kita sehari-hari. Semoga Tuhan memberkati kita semua.