Lukas 11:37-41
The Lord said to him, “Oh you Pharisees!
Although you cleanse the outside of the cup and the dish,
inside you are filled with plunder and evil.
You fools!

Renungan ini dimulai dari kutipan wawancara Paus Fransiscus dengan pemimpin Koran La Repubblica, di Itali. Pendirinya bernama Eugenio Scalfari. Berikut kutipannya dalam bahasa Inggris

Eugenio Scalfari: However, as we said, Jesus told us that love for one’s neighbor is equal to what we have for ourselves. So what many call narcissism is recognized as valid, positive, to the same extent as the other. We’ve talked a lot about this aspect.

Pope Francis: “I don’t like the word narcissism”, the Pope said, “it indicates an excessive love for oneself and this is not good, it can produce serious damage not only to the soul of those affected but also in relationship with others, with the society in which one lives. The real trouble is that those most affected by this – which is actually a kind of mental disorder – are people who have a lot of power. Often bosses are narcissists”.

Eugenio Scalfari: Many church leaders have been.

Pope Francis: “You know what I think about this? Heads of the Church have often been narcissists, flattered and thrilled by their courtiers. The court is the leprosy of the papacy.”

Kata-kata Paus sangat tajam soal kekuasaan yang korup akan membuat orang narsis (mencintai diri terlalu sangat), dan juga menjadi penyakit yang sulit disembuhkan.

Kekuasaan itu bisa berbagai bentuk, tidak hanya dalam soal politik atau status social, tapi orang bisa merasa berkuasa karena merasa lebih banyak memilik pengetahuan, lebih berpengalaman, lebih bisa menafsirkan alkitab, mampu menterjemahkan tanda-tanda zaman.

Kekuasaan dalam bidang agama dan teologi juga menjadi berbahaya karena orang mengatasnamakan Tuhan untuk mencari keuntungan pribadi. Oleh karenanya, Yesus mengkritik ahli Taurat yang sungguh terpelajar dalam soal kitab suci. Namun mereka menafsirkan itu hanya untuk mencari keuntungan diri, membebani orang lain dengan nasehat dan aturan saleh, tapi dia sendiri tak mau menjalankannya.

Mari kita lihat dalam diri kita, kekuasaan dan kekuatan apa yang kita miliki? Apakah kita memakainya untuk mencari nama dan meninggikan diri? Ataukan kita memakainya untuk melayani sesame dan Tuhan lebih baik lagi? Kalau kita memakai kekuasaan dan otoritas hanya untuk kebutuhan diri, kita tak beda dengan ahli Taurat yang dikritik Yesus hari ini.