Lukas 12:39-48 Bermental budak
Perbudakan memiliki sejarah panjang semenjak masa Yunani dan Romawi Kuno. Para budak didapatkan dari orang yang kalah perang, para nelayan yang ditangkap oleh penjahat dan dijual, tahanan, serta orang yang menjual diri sendiri sebagai budak karena kemiskinan.
Para budak menjadi barang milik tuannya yang bisa dijual atau
disewakan setiap waktu. Sering kali mereka diperlakukan sangat buruk oleh tuannya karena kesalahan-kesalahan kecil yang dibuat. Dunia Romawi menerima perbudakan sebagai bagian dari kehidupan social mereka, tidak ada yang salah dalam perbudakan.
Namun, tidak semua budak hidup dalam kemiskinan dan penindasan. Ada budak yang sungguh baik, menerima jabatan tinggi, mengurus harta, menjadi bendahara, dan dipercaya oleh pemiliknya. Bahkan kadang, karena jasanya yang besar pada tuannya, seorang budak bisa dibebaskan dan menjadi warga negara Roma, menjadi orang merdeka dan mendapat surat resmi dari pengadilan Roma.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan bagaimana Yesus memakai perumpamaan seorang hamba yang setia menjalankan tugasnya bukan karena ia ketakukan akan majikannya. Biasanya seorang bawahan patuh karena ada atasannya. Ia melakukan tugasnya bila diawasi, dihukum bila salah, dan diberi hadiah bila baik kerjanya.
Yesus mengajak pendengarnya untuk tidak bermental seperti para budak Roma, namun menjadi pekerja yang tahu kewajiban, selalu berjaga-jaga, dan setia pada tugas entah diawasi atau tidak.
Ketika seorang anak bisa melakukan tugasnya dengan baik, tanpa diawasi, ia berkembang menjadi orang yang dapat bertanggungjawab dan diandalkan. Sebaliknya bila seseorang selalu harus diawasi agar bekerja baik, ia memiliki mental seorang budak!
Mana yang kita pilih?