Rm Marya SJ (rektor Seminari Mertoyudan, Magelang)
Tuan biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi
(Rm 8:1-11; Luk 13:1-9)
Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Yesus menjawab mereka: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: “Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”(Luk 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak berdosa, masing-masing dari kita pasti pernah melakukan dosa atau bahkan sampai sekarang masih selalu melakukan dosa. Semakin tambah usia berarti semakin bertambah dosanya juga, maka marilah kita ingat dan imani kemurahan dan kesabaran hati Allah terhadap kita orang-orang berdosa ini. Kita dianugerahi kesempatan untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka marilah kita gunakan waktu dan tenaga kita yang ada untuk bertobat melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kiranya setiap saat kita juga sering diingatkan oleh saudara-saudari kita akan kelemahan dan pelanggaran atau kelalaian kita, maka dengan rendah hati marilah kita dengarkan dan sikapi dengan positif peringatan dari saudara-saudari kita agar kita memperbaiki kesalahan dan kelalaian kita. Hendaknya kita juga saling mengingatkan dan mendengarkan satu sama lain. Kita sadari dan hayati bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang dipanggil Allah untuk bertobat dan akhirnya berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Marilah kita kembangkan dan perdalam keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang kita miliki sekecil dan sesederhana apapun, karena dengan mengembangkan dan memperdalam keutamaan atau nilai-nilai yang kita miliki pada umumnya kelalaian atau kesalahan kita akan terhapus dengan sendirinya. Kita hendaknya juga saling mengingatkan perihal keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang kita miliki.
Mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.†(Rm 8:5-9). Sebagai orang beriman atau beragama kita semua diharapkan senantiasa hidup dalam dan oleh Roh, yang berarti senantiasa memikirkan kehendak dan perintah Allah dimana pun dan kapan pun. Apa yang akan kita lakukan tergantung pada apa yang kita pikirkan, maka hendaknya kita senantiasa memikirkan kehendak dan perintah Allah agar cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Memang kecenderungan kita semua adalah memikirkan hal-hal atau perkara-perkara duniawi, dan memang juga tidak seluruhnya salah. Hendaknya kita sadari dan hayati bahwa hal-hal atau perkara-perkara duniawi merupakan sarana yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah. Jika kita berani menyikapi dan menghayati bahwa harta benda merupakan sarana, maka kita tidak akan jatuh kepada sikap mental duniawi. Kepada mereka yang masih bersikap mental duniawi atau materialistis kami harapkan segera bertobat atau memperbaharui diri. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat dan memperbaharui diri. Sekali lagi kami ingatkan bahwa Roh Allah ada dalam diri kita masing-masing, yang menggejala dalam kehendak baik, maka hendaknya kehendak baik tersebut tidak disimpan, melainkan segera diwujudkan.
TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.”Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?””Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan” (Mzm 24:1-4b)