Lukas 6:12-19
Injil Lukas mengisahkan kepada kita berurut-urutan tentang peristiwa-peristiwa di mana Yesus memulai dan melaksanakan misi perutusan-Nya dengan doa. Ketika dibaptis oleh Yohanes Pemandi, Yesus berdoa. Saat itu langit terbuka dan Roh Kudus turun atas-Nya untuk selanjutnya memulai misi perutusan Bapa. Yesus juga berada dalam doa yang khusuk pada peristiwa pengkuan Petrus (Luk 9:18). Peristiwa Transfigurasi di atas gunung terjadi saat Yesus sedang berdoa, nampak Dia berbicara dengan Musa dan Elia. Dan saat itu juga Yesus mengantisipasi kepergian-Nya ke Jerusalem untuk menderita dan wafat di Salib (Luk 9:18). Peristiwa lain ialah Yesus mengajarkan kepada para murid bagaimana mesti berdoa – Bapa Kami – (Luk 11:1). Pada Perjamuan Akhir Yesus berbicara dengan Petrus agar imannya tetap kuat di tengah krisis yang bakal dihadapi dan Petrus ditugasi untuk menguatkan iman saudara-saudaranya (Luk 22:32). Di Gunung Zaitun Yesus berpisah sejenak dari murid-murid dan berdoa menyerahkan diri kepada Bapa-Nya perihal Piala yang akan diminum-Nya. Pada akhir Injilnya, Lukas juga merekam Yesus yang sedang berdoa dari atas Salib sebelum menghembuskan nafas terakhir (Luk 23:46).
Bacaan hari ini tentang Yesus yang memilih para Rasul-Nya yang berjumlah 12 orang. Angka ini memiliki arti simbolis religius dengan merujuk pada ke-12 suku Israel – anak-anak Yakub – yang menjadi fundamen bagi eksistensi etis-religius dan kultural bangsa Yahudi.
Mereka itu adalah Simon Petrus (1), Andreas (2), Yakobus (3), Yohanes (4), Filipus (5) Bartolomeus (6), Matius (7), Thomas (8), Yakobus anak Alfeus (9), Simon orang Zelot (10), Yudas anak Yakobus (11), dan Yudas Iskariot (12), Si Pengkhianat.
Keduabelas Rasul ini dikenal sebagai lapisan inti karena mereka inilah yang sehari-hari melihat, mendengar, berbicara, makan, minum, berjalan keliling, berdoa dan mewartakan Kerajaan Allah bersama Yesus. Singkatnya, merekalah yang mengalami secara fisik dan spiritual Pribadi mesianik yang mereka panggil, Guru! Para Rasul ini adalah saksi-saksi pertama Injil. Kita mengenal Yesus dalam kehidupan menggereja, lewat kotbah dan membaca Kitab Suci, pengajaran orang tua, katekis dan guru agama. Meski demikian Yesus sudah mengantipasi gelombang kedatangan para pengikut-Nya yang tidak mengalami Dia secara langsung seperti para murid yang Dia pilih sendiri tetapi melalui dan dalam iman akan Dia (Yoh 20:29). Di dalam pembaptisan kita menerima Roh Kudus yang memberi kita martabat baru sebagai anak-anak Allah. Martabat baru ini ditandai dengan pertobatan dan penghapusan dosa asal agar dalam iman akan Kristus yang bangkit dari mati kita diberi kemampuan untuk mengenal dan mencintai Allah sebagai Bapa yang oleh Putra-Nya kita boleh diberi-Nya hidup kekal. Dalam iman yang sama pula kita saling mengenal dan mencintai satu sama lain sebagai murid-murid dari Tuhan yang satu dan sama: Kristus, Putra Allah.
Dalam Credo kita selalu memproklamasikan iman Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik. Ciri yang terakhir ini untuk menegaskan bahwa iman yang kita hayati adalah warisan para Rasul. Kita dipanggil untuk menjadi saksi dan utusan Tuhan untuk terus-menerus tanpa gentar mewartakan kabar keselamatan dengan sukacita dan penuh semangat. Entah sebagai awam maupun religius, tertahbis maupun yang disatukan dalam sakramen perkawinan, kita semua adalah misionaris. Kita dipanggil untuk mencintai rahmat panggilan kita masing, dengan
talenta dan karunia yang Tuhan berikan dan kuduskan dalam diri kita, pergi dan bersaksi: dari Judea dan Jerusalem, Tirus dan Sidon, di darat, di laut, di udara, di rumah, di pasar dan mal, di jalan … Di mana saja kita diutus, martabat pembaptisan memampukan kita untuk bersaksi.
Injil mengatakan bahwa gelombang orang dari mana-mana datang kepada Yesus dan mendengarkan Dia. Mendegarkan Yesus adalah tanda kemuridan kita. Di tengah kebisingan dunia dengan high speed lalu lintas elektronik and banjir informasi yang melampaui kemampuan manusiawi kita untuk menerima dan mengolah data dengan baik, kita dituntut untuk memperluas cakupan audio dan terus mempertajam visi misioner kita pada Yesus sendiri. Dia yang memberi arah dan meristis jalan bagi misi Gereja. Dia sendiri yang memberi contoh bahwa kekuatan misi harus selalu dimulai dan terus-menerus berpusat pada misteri doa agar aksi yang dilakukan dalam ketaatan akan sabda-Nya efektif dalam setiap suasana, termasuk kerumunan yang tak terduga sekalipun: “mereka datang mendengarkan Dia dan disembuhkan dari pelbagai penyakit; bahkan yang dihuni oleh roh-roh jahat dibersihkan. Setiap orang dalam kerumunan berusaha menyentuh Dia karena kuasa Allah keluar dari dalam diri-Nya dan menyembuhkan mereka semua.”