Bacaan: Matthew 7:26-27 26

Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Betapa menjengkelkan dan membuat “muntap” (marah besar) mengikuti kisah munas Golkar di Bali bahwa akhirnya Golkar memilih kembali Ical dan memutuskan kalau Golkar mendukung pemilihan kepala daerah tidak langsung. Golkar akan tetap bergabung dengan koalisi merah putih, kelompok oposisi pemerintah Jokowi.

Sebenarnya tidak patut membuat renungan bernuansa politik, namun saya tak akan menyoroti politiknya, renungan ini lebih melihat sisi dinamika kelompok yang saling berseberangan. Saya kutipkan tulisan Magnis Suseno SJ di kompas (3 Des), ” Konfrontasi KMP (koalisi Merah Putih) dan KIH (Koalisi Indonesia Hebat) muncul dari kekecewaan berat partai-parta yang kalah dalam pemilihan presiden-kalah tipis- tetapi justru itulah yang menyakiti.”…..Koalisi total yang melumpuhkan kehidupa politik kita semata-mata berdasarkan rasa kecewa, iri, tersinggung, benci, dan dendam kesumat karena kekalahan yang diderita. Ngeri kalau perpolitikan Indonesia didasarkan pada perasaan-perasaan itu – perasaan perasaan paling rendah yang bercokol di hati manusia.”

Kita yakin bahwa kelompok seperti ini akan memakai segala cara untuk membalas dendam, tanpa memperhatikan kepentingan rakyat banyak. Namun kelompok seperti ini tak akan bertahan lama, karena mereka seperti orang yang mendirikan rumah di atas pasir, tak ada fondasi kuat menahan kokoh kelompok. Apa yang menyatukan hanyalah kepentingan sesaat yaitu membalas dendam dan meraih kembali kekuasaan. Kalau semua didapat kembali, kelompok ini akan bubar.

Bisa jadi, gaduhnya DPR ini representasi kehidupan masyarakat kita yang mudah mencari teman saat kita semua dalam keadaan sakit hati, dan tak mudah mengampuni. Bayangkan saja, anda punya musuh yang sama, pasti akan mudah bagi kita untuk bergabung dengan sesama seturu mencari jalan menjatuhkan orang yang tidak kita inginkan.

Semoga kita berani membangun koalisi dan komunitas bukan hanya karena punya musuh bersama, tapi karena punya keinginan membangun itikat baik demi kepentingan banyak orang. Dalam bahasa Paulus, komuntias itu dibangun untuk mencapai “the common good” dan “building up the body of Christ.”