5 December, 2014
 
Yesaya 29:17-24
Matius 9:27-31
Saudara-saudari terkasih,
Kalau boleh saya bertanya, sudah berapa kali anda mempergunakan kedua kata ini: “buta” atau “tuli” dalam kiasan-kiasan apabila anda menghadapi sesuatu yang sebelumnya bisa membuat anda agak atau sangat frustrasi menemukan atau mendapat jawabannya? Misalnya, kalau kita tidak bisa menemukan sesuatu yang kita sangat perlukan dengan segera, dan kita lupa dimana barang itu kita letakan atau kita simpan; tetapi dengan tiba-tiba kita akhirnya menemukannya kembali dengan sangat mudah, maka saya ingat akan ungkapan dalam bahasa Ingris…“Boy, I am as blind as a bat”! …”Ah, ternyata saya buta seperti kelelawar!” Atau kalau kita berulangkali menanyakan hal yang sama kepada orang lain, maka orang yang ditanyai akan juga mengatakan, “What’s the matter, are you deaf?”…”Ada apa sih dengan kamu, apakah kamu tuli?” Bukan tidak mungkin anda akan mengalamai hal yang seperti ini dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam bacaan pertama hari ini, dari Kitab Nabi Yesaya, kedua kata ini “buta dan tuli” dipakai sebagai suatu kiasan untuk menggambarkan mereka yang “bersibuta dan bersipekak” atas panggilan Tuhan untuk bertobat. Meskipun demikian, Allah masih juga menggambarkan bagaimana orang tuli sekalipun masih bisa mendengarkan perintah Allah dalam Kitab Taurat – dan yang buta sekalipun masih bisa melihat perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib….“Pada waktu itu orang-orang tuli akan mendengar perkataan-perkataan sebuah kitab, dan lepas dari kekelaman dan kegelapan mata orang-orang buta akan melihat.” (Yesaya 29:18). Kutipan ini mengingatkan kita betapa “penglihatan dan pendengaran” adalah pemberian Tuhan yang sangat berarti untuk kita, tetapi kitapun pada kesempatan yang sama ditantang dengan pertanyaan ini: “Apakah saya bisa mempergunakan mata dan telinga saya (penglihatan dan pendengaran) saya secara tepat?” Kadangkala kita menyalahgunakan kedua indera yang Tuhan berikan kepada kita, sampai pada suatu saat ketika kita benar-benar sudah buta dan tuli, kita lalu menyesal bahwa kita tidak bisa mempergunakan kedua indera yang Tuhan berikan itu dengan baik.
Dalam bacaan Injil hari ini kitapun mendengar bagaimana “Yesus menyembuhkan mata dua orang buta.” Kedua orang itu benar-benar buta (physically blind), tetapi ketika mereka dihadapkan dengan iman atau kepercayaan mereka, boleh dikatakan mereka bisa melihat dengan lebih jelas daripada mereka yang mempunyai penglihatan yang baik dan sehat, tetapi buta melihat perbuatan-perbuatan Allah yang baik dalam hidupnya. Kepercayaan kedua orang buta diatas menjadi moment yang sangt penting bagi Yesus untuk menyembuhkan kebutaan lahiriah mereka… dengan mengatakan “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” (Lukas 9:29). Disini boleh kita katakan bahwa setiap kali Yesus melakukan mukjzat, Yesus selalu mengutamakan “iman” orang yang bersangkutan.
Saudara-saudari sekalian,
Sebelum kita memulai hari baru ini, ya sangat mungkin agak terlambat bagi sesama saudara kita yang berada di Indonesia Tengah dan Indonesia Timur, saya mengajak anda sekalian untuk sejenak merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri, “apakah  Yesus masih dapat menemukan benih iman itu dalam diri saya sendiri dan atau di dalam keluarga saya?” Paling tidak hari ini kita diberi kesempatan untuk berdoa dan mendoakan agar boleh memiliki iman yang kuat, seperti kedua orang buta dalam bacaan Injil hari ini yang memperoleh kesembuhan dari kebutaan lahiriah mereka. Semoga kita tidak lagi bersibuta ataupun bersituli akan kehadiran Yesus dalam SabdaNya, kehadiran Yesus dalam Perayaan Ekaristi, kehadiran Yesus dalam diri sesama baik di dalam keluarga maupun komunitas kita dimana saja kita berada dan di lingkungan pekerjaan kita. Amin.