Bacaan I : Yoel 2:12-18
Bacaan II : 2 Kor 5:20-6:2
Bacaan Injil : Matius 6:1-6, 16-18
Di dalam Kitab Kejadian, dikisahkan Allah mencari Adam dan Hawa dan berseru, “Dimanakah engkau?” (Kej 3:9). Memasuki masa Prapaskah, Allah bertanya hal yang sama pada kita, “Dimanakah engkau?”. Ya. Di manakah kita sekarang? Di manakah kita dalam hidup rohani kita? Kita masuki masa persiapan Paskah, untuk bersama-sama mereorientasi hidup kita pada orient yang benar, Timur yang sejati, Sang Maha Terang yang terbit di Timur jagad rohani kita.
Hari ini kita rundukkan kepala dan membenamkan diri dalam tradisi purba, menandai diri dengan abu seraya mengingat sekali lagi Sabda yang Ilahi pada leluhur kita Adam dan Hawa: Engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (Kej 3:19). Kita akui, kita masih terus mengulang kisah pemberontakan Adam dan Hawa, manakala kita memilih untuk mengikuti kemauan diri dan tak peduli nurani yang mendesak untuk memutar haluan ke jalan yang benar. Abu yang ditorehkan di dahi kita mengingatkan, kita ini insan fana. Masih beruntung bisa tegak berjalan berkelana menapaki bumi. Kita tahu persis, akan tiba saatnya kata yang sama diucapkan di dekat pusara kita: Engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu. Dan manakala saat itu tiba, dalam rupa debu, tak lagi bisa kita membeda: mana Budi, mana Susi, mana Bambang, mana Mayang. Juga tidak lagi terbedakan debu orang kaya dan miskin, pandai dan bodoh, penguasa dan rakyat jelata. Dalam debu, kita bahkan tak beda dengan sejuta pasir di pantai, atau tumpukan batu di gunung!
Hari ini, saatnya kita menapaki jalan-jalan kerohanian yang sudah terbentang ribuan tahun dan ditapaki berjuta peziarah rohani: doa, puasa, amal kasih. Doa membantu kita membangun keintiman dengan Yang Ilahi. Puasa mengarahkan kita untuk memusatkan diri pada yang esensi, yang pokok, yang mendasar, melatih pengendalian diri. Amal kasih melatih kita untuk menjadi murah hati seperti Bapa murah hati dan tak henti mengasihi. Semua akhirnya juga menegasi apa yang ditawarkan dunia dengan penuh coba dan goda: harta, kuasa, dan nikmat dunia.
Hari ini, kita menolak dikendalikan hal-hal yang nampak. Kita mau menyelam sampai ke dasar makna. Kita tahu, yang sungguh bernilai tidaklah kasat mata. Seperti harta yang tersembunyi, hal-hal paling penting dalam hidup kita tidaklah nampak, melainkan tersembunyi di hati, tersemayam di jiwa. Bahkan abu pun menjadi bermakna manakala kisah dibalik eksistensinya menyentuh ingatan, hati dan budi.
Di manakah kalian (Kej 3:9)? Berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu (Yoel 2:13)! Mulailah berjalan. Sekarang.

Thanks Rm utk sharing renungannya di awal masa pertobatan ini. Semoga kita dimampukan olehnya untuk makin beriman, bersyukur dan peduli sesama
Terima kasih atas bahan renungannya Frater. That was a really strong and powerful reminder.