Bacaan I : Kej. 1:1 – 2:2 (Kej. 1:1,26-31a)
Bacaan Injil : Mrk. 16:1-8
Ada istilah yang mengatakan demikian, tidak ada kemuliaan tanpa penderitaan. Kalau kita menelaah dengan sungguh ternyata penderitaan dan kebahagiaan bagaikan mata uang dengan dua sisi, yaitu kebahagiaan dan penderitaan. Tak mungkin kita menerima yang satu namun menolak yang lain. Tuhan kita Yesus Kristus telah menunjukkan hal tersebut. Tuhan lewat sengsara, wafat dan kebangkitanNya menunjukkan kepada kita bahwa kemuliaanNya harus Ia capai melalui jalan penderitaan.
Ternyata penderitaan adalah guru yang sangat baik bagi hidup kita. Ia mengajari kita banyak hal. Maka tidak salah jika ada ungkapan yang mengatakan demikian: “Orang yang paling kesepian adalah orang yang paling baik. Orang yang paling sedih adalah orang tersenyum paling cerah. Orang yang paling hancur adalah orang yang paling bijaksana. Semua itu terjadi karena mereka tidak ingin melihat orang lain mengalami penderitaan seperti yang mereka alami”. Ungkapan tadi mengajari kita bahwa penderitaan membuat seseorang menjadi bijak serta peduli pada nasib orang lain, selain itu menyadarkan kita untuk berani berbuat sesuatu yang baik, terutama mereka yang menderita.
Santa Teresa Avila sungguh menekankan sikap peduli terhadap sesama yang menderita. Ia mengatakan demikian: “Tuhan meminta perbuatan. Jika kalian melihat seorang sakit yang penderitaannya dapat kalian ringankan barang sedikit saja, maka kamu harus menganggap hal sepele untuk meninggalkan doamu yang amat bersemangat itu, guna menolong si sakit”. Rasa peduli ini dapat pula kita temukan dalam Injil hari ini. Para wanita sahabat Yesus; mereka membeli rempah-rempah untuk meminyaki Yesus. Semua itu mereka lakukan karena mereka sungguh mencintai Yesus. Kasih yang besar mendorong mereka untuk melakukan sebuah pekerjaan yang mustahil.
Mereka menunjukkan bahwa kasih bukanlah soal pengetahuan, melainkan perbuatan. Tuhan memanggil kita bukan untuk banyak mengerti namun untuk banyak berbuat. Dan perbuatan baik hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang yang tahu menghargai penderitaan. Mereka tidak ingin melihat orang lain mengalami penderitaan. Semoga Tuhan membuat kita makin terbuka untuk mengharagi rahmatNya sekalipun itu adalah penderitaan. Yakinlah bahwa penderitaan jika disyukuri dan diterima serta diolah membuat kita menjadi pribadi yang dewasa dalam iman dan perbuatan. Amin. (Sulistya)