freedom_fly_wallpaper Bacaan I       : Kisah Para Rasul 4:32-37

Bacaan Injil  : Yohanes 3:7-15

Seorang teman lewat message di Facebook baru-baru ini dengan antusias berbagi sukacitanya atas berita gembira yang menunjukkan salah satu bukti “Francis effect”. Sederhana. Seorang domba yang hilang karena perlakuan tak ramah seorang pengurus Gereja, menemukan kembali kegairahan hidup imannya, menemukan kembali Allah yang berbelas kasih, menemukan kembali indahnya nikmatnya persekutuan dengan Allah dan GerejaNya lewat doa pribadi dan ibadat bersama. “I can’t wait to go church next Sunday. And, yes, I will bow my head and pray for forgiveness, and if I’m worthy, Christ’s love.” Kisah ini menjadi berita di salah satu halaman webite kantor berita ternama CNN, karena dia, Carol Costello, adalah pemenang penghargaan jurnalistik, salah satu jurnalis handal CNN. Beritanya dapat dibaca di link ini:

http://edition.cnn.com/2015/04/10/living/carol-francis-effect/index.html

Sejak awal terpilih menjadi Uskup Roma, pemimpin 1. 2 milyar umat Katolik di dunia, Paus Fransiskus sudah menjadi magnet yang menarik hati bukan saja kawanan dombanya, tetapi juga orang-orang yang berkeyakinan lain termasuk mereka yang tidak peduli atau tidak percaya adanya Tuhan. Tak semua orang senang dan setuju dengan pendapat dan tindakannya, tetapi karismanya membuat banyak Carol-Carol yang lain menemukan kembali keindahan, kebaikan dan kebenaran iman akan Kristus dalam Gereja Katolik. Lewat kerendahan hatinya meminta berkat dan doa sebelum ia sendiri memberikan berkatnya pada khalayak ramai yang menyambutnya, lewat pilihan sarana-sarana fisik dan kebijaksanaan organisasi yang lebih memberi kesaksian akan Kristus yang miskin dan berbela rasa, lewat kata-kata sejuk yang merangkul orang-orang yang selama ini terpinggirkan tersingkirkan, ia menjadi personifikasi Yesus,  menampakkan wajah Gereja yang menjadi “field hospital after battle”.

Dalam refleksi Kardinal Gerald Lacroix, Uskup Agung Quebec City, Kanada, Paus Fransiskus menunjukkan kebebasan batin yang membuatnya selaras dengan Tuhan. Kebebasan sejati yang berakar pada kekariban akan Allah, yang membuatnya bangun dini hari jam 4  dan menenggelamkan diri dalam doa pribadi dalam hening sewaktu dunia masih lelap, sebelum berbagi buah-buah doanya dalam misa harian jam 7 pagi. Kebebasan sejati yang berbuah sukacita mendalam yang menjadi kontras akan kebebasan destruktif yang ditawarkan dunia sekular, menjadi sebuah kotbah hidup atas bacaan Injil hari ini: Kita harus lahir baru dalam Roh, dalam Roh Maha Kudus yang bertiup kemana pun Ia mau, yang membawa kita dan orang-orang yang disentuhNya lewat kita, merasakan tingkap-tingkap surga terbuka, dan memandang dengan air mata haru dan hati baru pada Sang Anak Manusia yang ditinggikan untuk menjadi penawar racun dosa derita, untuk memberi hidup abadi bagi yang percaya padaNya.

Ah, andai semua orang memiliki kebebasan batin yang sedalam itu, yang memancarkan hidup yang dirasuki nilai-nilai ilahi, betapa damai dan penuh sukacita dunia ini. Semoga kesaksian hidupnya mengguncang pula hidup Anda, karena kita sebagai orang yang percaya, semua dipanggil untuk menghidupi semangat yang sama, untuk memberi kesaksian yang sama, untuk membiarkan diri disegarkan lagi dan selalu dengan nafas perdana yang memberi dan menjaga hidup: nafas Roh Kudus, Roh dari Bapa dan Putra. Sembari menunggu saat-saat berahmat bersama memasuki Tahun Kerahiman Ilahi, mari kita runduk dan merasuki lagi saat-saat penuh rahmat waktu kita sungguh merasa dekat lekat denganNya, dalam doa, dalam relasi kasih dengan sesama, dalam keheningan kebeningan diri, saat  Roh Ilahi membersihkan kotoran jiwa dan menyembuhkan segala luka batin. Amin.