Bacaan I : Kisah para rasul 4:23-31
Bacaan Injil : Yohanes 3:1-8
Ketika saya belajar Teologi di Melbourne, seorang frater asal Korea yang ahli fotography dan bahasa simbolik, suka menghibur kami yang sedang berjerih payah mengerutkan dahi mengerjakan tugas menulis: “Menyusun karya tulis, kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraph demi paragraph, menumpahkan dan merangkai ide, itu semua seperti proses melahirkan. Menyakitkan, kadang berantakan, kadang lama seperti tak jua menemui ujung, kadang seperti masuk kawasan berkabut penuh misteri, dan kita tak bisa memaksa harus segera selesai. Toh jerih payah itu akan berbuah sukacita juga pada akhirnya saat “bayi” kita lahir, saat kita memegang tulisan rapi di tercetak siap diserahkan pada pengajar.” Langit seketika menjadi cerah, langkah menjadi ringan, dan senyum pun mengembang.
Kita bisa menerapkan metafora ini pada proses kreatif apapun: karya seni, bangunan, karya sosial, proyek ekonomi, program komputer, relasi antar manusia, juga pribadi manusia itu sendiri. Kadang saat kenikmatan keindahan, kebaikan dan kebenaran dihamparkan di depan kita, kita lupa atau tak cukup melihat, penderitaan, kesusahan, “drama” yang mengiringi kelahiran karya menakjubkan itu. Kita sadar, di balik setiap “master piece”, ada begitu banyak hal yang harus dikerjakan dan dibereskan. Dan hal yang membedakan antara “great” dan “excellent” adalah kadar ketekunan mengenali dan menyempurnakan detail, keberanian dan kegigihan mengerjakan lebih dari yang dipersyaratkan.
Kisah hidup orang-orang kudus jika tidak hati-hati membacanya, bisa nampak begitu mudah dan sempurna. Sepertinya jalan kekudusan mereka mudah, kesulitan ditanggung dengan begitu tabah tanpa keraguan sedikitpun, karena mereka dilahirkan untuk menjadi sempurna, dan hidup mereka layak dicontoh sepenuhnya. Menariknya, tak jarang orang menyatakan, tidak mudah hidup bersama orang yang dikenal kudus. Bahkan seorang Romo Yesuit Australia senior yang saya kenal suatu kali berseloroh ,”I am street angel home devil”, yang membuat saudara saya yang lain terperangah, karena dia menyatakan kebenaran tentang dirinya!
Dalam percakapan dengan Nikodemus, Tuhan Yesus membandingkan hidup Kristiani dengan kelahiran bayi. Menjadi komentar yang tepat juga untuk menggarisbawahi bacaan pertama misa harian selama masa Paskah yang menghadirkan Kisah Para Rasul. Rangkaian kisah heroik para pejuang Kristus generasi perdana menunjukkan bahwa pemenuhan panggilan hidup mereka terjadi, dapat dinikmati dan dirayakan, hanya setelah melampaui pengalaman penderitaan dan kesulitan hidup, yang tidak saja datang dari luar, tetapi juga dari menaklukkan gangguan, godaan, kelemahan dari dalam diri sendiri.
Enak dan lebih mudah tinggal di dalam rahim. Semua tercukupi: keamanan, kenyamanan, kehangatan. Namun hanya jika kita berani berjerih payah membuka diri pada rahmat Kristus, kita akan mengalami “lahir baru”. Hidup dalam Kristus ini awalnya akan rapuh seperti bayi kecil mungil papa, namun perlahan akan bertumbuh menjadi kuat dan akhirnya menjadi rahmat bagi sesama. Semoga kita semua berani lahir kembali, dan terus memilih untuk bertumbuh dalam spiritualitas kita, melampaui pengalaman “born again”.

Yes Fr Ardy,….Born to win tks for sharing
Brgds,Marylidawita
Amin Ibu Mary.