Di dalam Injil Yohanes, kita menemukan perayaan Ekaristi berakar dalam refleksi Injil Yohanes mengenai manna yang baru. “Akulah roti yang turun dari surga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu (maksudnya adalah tentang manna di padang gurun) dan mereka telah mati.” Kita yang diundang untuk merayakan Ekaristi setiap hari diajak untuk menikmati kebahagiaan karena persatuan kita dengan Kristus yang memungkinkan kita hidup. “…barang siapa memakan Aku, akan hidup oleh Aku”.
Hidup tentu saja bukan sekedar asal hidup, melainkan hidup oleh Kristus, berarti hidup yang diwarnai oleh suasana doa dan ketaatan pada perintah Kristus untuk saling mencintai dan memiliki integritas moral pribadi yang baik. Hidup yang diwarnai oleh suasana doa bukan berarti bahwa kita merelakan waktu satu sampai dua jam di depan sakramen maha kudus, kemudian berjam-jam bekerja dan nonton tv. Hidup doa bukanlah lawan dari hidup bekerja dan rekreasi. Berdoa adalah suatu tindakan kesadaran bahwa Kristus senantiasa berada bersama kita, membimbing, melindungi dan memberkati hidup kita.
Maka dimana pun kita berada, bekerja atau rekreasi kita bisa tetap berdoa, dengan menyadari bahwa kita pantas bersyukur atas anugerah pekerjaan dan bersyukur atas anugerah alam yang indah, para seniman, cendikiawan, kaum miskin, pengusaha, atlit olah raga, ahli ilmu-ilmu alam, para politikus, semua kehidupan yang kita amati melalui televisi. Problem-problem dunia yang mengerikan yang kita lihat dari media hendaknya kita persembahkan kepada Kristus yang telah wafat di kayu salib, dan mohon agar Kristus berkenan mengampuni dan berbelas kasih kepada dunia yang dilanda kekuasaan kegelapan.
Kristus mencintai kita dan dunia ini, Ia tidak ingin seorangpun binasa, melainkan agar setiap orang percaya kepadaNya. Inilah tugas kita untuk memperkenalkan Kristus penyelamat dunia kepada orang-orang yang belum pernah mendengar kabar gembira ini. Hal ini memang problematik apalagi setelah kita menyadari bahwa orang-orang Kristen adalah minoritas di dunia ini. Bagaimana sebagai minoritas kita bisa mengajak seluruh dunia hidup dalam Kristus.
Sekurang-kurangnya kita sendiri tetap setia mengimani Kristus di dalam Perayaan Ekaristi dan sikap peduli pada sesama yang menderita. Kita juga berdoa senantiasa bagi keselamatan dunia. Gereja Katolik dengan perayaan Ekaristinya tetap menjadi sarana yang utama dan terutama bagi keselamatan manusia. Tidak sedikit orang jaman sekarang yang tetap bersedia menerima Kerajaan Allah (percaya kepada Kristus dan keselamatan yang dibawakanNya) namun mereka menolak keberadaan gereja Katolik dan beberapa ajarannya.
Semoga kita semakin mencintai perayaan Ekaristi dan mengajak sebanyak mungkin orang untuk mencintai Yesus di dalam Ekaristi.