Hari Biasa Pekan XVII

Bacaan: Kel. 32:15-24,30-34; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Mat. 13:31-35

Renungan:

Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali “terjebak” dalam pemahaman segala yang besar akan menguntungkan bahkan membahagiakan. Kepada kita ditawarkan untuk membeli rumah yang besar, mobil yang besar, pekerjaan dengan gaji besar, dst. Demikian juga dengan harapan umat Israel ketika bertemu dengan Tuhan Yesus yang mewartakan datangnya kerajaan Allah. Tanda-tanda ajaib yang besar diharapkan akan muncul dari Tuhan Yesus sebagai bukti bahwa Ia memang Putera Manusia yang datang untuk menyelamatkan bangsa Israel.

Karya Allah dalam pewartaan dan pelayanan Tuhan Yesus memang tampak “kecil”, seperti biji sesawi. KaryaNya dimulai dari sebuah kampong kecil bernama Nazareth; Ia mengajak hanya dua belas orang menjadi rasul-rasulNya; lingkup daerah karyaNya juga hanya sekitar danau Galilea pada awalnya.

Seperti kita ketahui pokok pewartaan Tuhan Yesus adalah Kerajaan Allah. Yakni Allah merajai dan merasuki setiap sendi kehidupan, dan kalau Allah memasuki kehidupan manusia itu berarti ada penyelamatan. Karya keselamatan ini diawali dari yang sangat kecil menjadi sangat besar yang berguna bagi semakin banyak orang.

Demikian juga kita sebagai orang Katolik pada jaman ini. Kita boleh merasa kecil tetapi kita tidak kecil karena Tuhan Yesus yang kita Imani itu menjadikan Kerajaan Allah menjadi besar dan menjadikan Gereja menjadi tempat perlindungan yang aman bagi semua orang. Apa yang dimaksud dengan Gereja menjadi tempat berlindung? Ajaran Gereja mengenai iman, harapan, dan hukum cinta kasih sebagai nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan oleh kita semua orang Katolik, pada saatnya akan mempengaruhi seluruh umat manusia.

Kenyataan situasi umat manusia di dunia ini sangat membutuhkan hadirnya nilai-nilai tadi, sehingga keadaan umat manusia yang menjadi korban kebencian, kekerasan, dominasi, egoism, materialism, pragmatism, dan lain sebagainya itu berkat kehadiran perwartaan orang Katolik akan menemukan perlindungan dan ketentraman sehingga umat manusia mampu mewujudkan kerajaan iman, harapan dan kasih itu.

Orang Katolik di Indonesia walaupun merupakan minoritas kecil (hanya sekitar 2,91%) tetap dipanggil untuk menjadi besar dalam menyebarkan nilai-nilai iman, harapan dan kasih itu. Kemiskinan, rendahnya tingkat mutu pendidikan, rendahnya pelayanan kesehatan di dalam masyarakat Indonesia ini menjadi keprihatinan kita yang menantang untuk berbuat sesuatu dengan memberi bantuan apa pun agar terjadi peningkatan kesejahteraan dalam masyarakat kita.