Injil: Mark 9:30-37

Betapa malunya para murid Yesus ketika mengetahui bahwa Yesus rupanya mendengarkan perdebatan mereka tentang siapa yang paling besar dan paling hebat di antara mereka. Mereka merasa lebih hebat, lebih suci, lebih mampu daripada yang lain. Itu adalah tendensi dari setiap insan manusia dan tendensi seperti itu pun kadang-kadang hidup dalam peziarahan kita. Kita kadang-kadang bertingkah seperti para murid tersebut, merasa diri hebat dan sempurna dan tidak merasa perlu diperbaiki dan dikoreksi. Kita membandingkan diri dengan orang lain dan mengharapkan supaya kalau bisa orang sesering mungkin memuji dan menyanjung-nyanjung diri kita. Kita menyetel telinga kita terhadap setiap pujian tetapi kadang kita tuli atau bahkan geram ketika kita dikritik.

Saudara/i, secara umum, kecenderungan manusiawi untuk diterima, dipuji dan diapresiasi sebagai pribadi berkualitas adalah kecenderungan yang baik. Bahkan Mazmur bab 8 ayat 5 sendiri menyatakan: “Siapa manusia sehingga Dikau (baca: Tuhan) mengindahkannya. “Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” Tuhan pung menghargai dan mengapresiasi manusia. Tidak ada salahnya kalau kita memperoleh pujian dan respek. Namun yang mau disoroti dan dikritik Yesus adalah mentalitas buruk yang hanya mengejar pujian dan respek, supaya diakui. Di sana ada tendensi, orang tidak lagi memuliakan Allah asal dari segala sesuatu, tetapi orang lebih cenderung memuliakan diri sendiri. Ini adalah bahaya besar kalau manusia merasa “Ah, saya hebat kok, saya pintar dan brilian… ngapain pikir yang lain? Ideku adalah ide yang terbaik, kepemimpinanku adalah kepemimpinan yang paling ideal” Kita perlu bertanya diri, menurut standar siapa. Jangan-jangan hanya berdasarkan standar kita sendiri yang sering kali subjektif dan berat sebelah.

Yesus adalah model kerendahan hati itu sendiri. Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Santo Paulus mengatakanYesus yang adalah Tuhan mengosongkan dirinya dan mengambil rupa hamba sehingga Dia bisa masuk ke dalam sejarah manusia dan menebus manusia, sejarah dan semesta. Yesus merendahkan posisinya sehingga Dia dapat mengangkat kerendahan dan kelemahan kita dan mengenakan jubah ilahi dalam ketidaksempurnaan kita. Mari kita belajar dari Yesus untuk semakin rendah hati dan melayani sepenuh hati seperti Yesus sendiri. Amin.