2Petrus 1:2-7
Markus 12:1-12
Cara para penggarap kebun anggur memperlakukan utusan-utusan Allah sungguh berbeda dengan apa yang direncanakan dan dikehendaki pemilik kebun anggur itu sendiri.
Allah adalah pemilik kebun anggur. Kebun anggur adalah bangsa Israel yang dipilih dan dibentuk oleh Allah sendiri. Para pemimpin agama, yakni orang-orang farisi dan ahli-ahli Taurat adalah pengurus kebun anggur. Tugas mereka adalah merawat, memelihara, melindungi anak-anak Israel agar bertumbuh menjadi bangsa yang setia dan benar di hadapan Tuhan.
Yang terjadi dengan para pengurus kebun adalah mereka memperlakukan anak-anak Israel menurut pikiran dan kehendak hati mereka yang busuk: memukul dan menganiaya setiap utusan Tuhan yang datang untuk melihat dan mengamati apa yang terjadi dengan kebun anggur yang disewakan itu. Beberapa kali Tuhan mengutus hamba-hamba-Nya. Akan tetapi mereka diperlakukan dengan cara yang sama, yakni dianiaya dan diusir keluar dari kebun anggur itu. Akhirnya, Allah sendiri mengutus anak-Nya sendiri. Tidak beda. Hal yang sama terjadi, tidak dihiraukan. Malah mau membunuhnya juga, apalagi  ia pemilik warisan sesungguhnya.
Perumpamaan Yesus tentang kebun anggur menunjukkan kepada kita tentang jalan berpikir manusia yang sesat, diwakili oleh para penjaga kebun anggur,  berlawanan dengan kehendak Tuhan sendiri. Kehendak Tuhan ialah kebaikan dan kesejahteraan bagi manusia dan ciptaan seluruhnya.
Kesesatan berpikir manusia dalam menanggapi rencana keselamatan Allah hanya dapat dipulihkan melalui jalan pertobatan, pertobatan yang radikal. Manusia harus bertobat dari egoismenya sendiri: nalar sesat, keinginan berlebihan untuk mengambil dan memiliki segala sesuatu, bahkan apa yang bukan kepunyaannya, dan tidak mungkin menjadi miliknya: seluruh isi kebun anggur Tuhan. (Dosa terbesar, mematikan: mau menjadikan diri, menggantikan, melawan Tuhan). Kerakusan akan harta dan kuasa tak terkontrol menimbulkan disintegrasi dalam diri manusia. Manusia kehilangan kepercayaan, relasi, dan arah hidup, terpecah di antara jalan menuju Allah atau semakin menjauhi Allah, mengikuti keinginan sendiri. Amarah, benci, iri hati, pembunuhan, adalah karakter keterpisahan diri dari Allah dan sesama. Manusia tersiksa oleh jalan pikirannya sendiri.
Yesus mengantisipasi keterpisahan total manusia dengan Allah, hell, salah satunya melalui perumpamaan ini. Wajah Allah yang kudus, rahim, dan berbelas kasih, adalah radikalisme Injil, antitese hati manusia yang jahat. Yesus menyebut dirinya sebagai batu yang terbuang, tidak dipilih oleh tukang-tukang bangunan, tapi dipilih oleh Allah, menjadi batu sendi. Yang terpisah dan tercerai-berai, anak-anak Allah yang terbuang, dipanggil dan dilekatkannya kembali satu sama lain. Semua sakramen dalam Gereja, adalah sarana-sarana, rahmat yang dianugerahkan Allah untuk pemulihan, sarana kekudusan dan keselamatan agar manusia hidup dan berbuah dalam kelimpahan, bersatu kembali dengan pencipta, Allahnya sendiri. Semoga!