
2Tim 2:8-15
Markus 12:28-34
Orang Yahudi menghayati 613 butir aturan (Mitzvot) dijabarkan dari kitab-kitab Musa. Moshe ben Maimon (Maimonides, 1135-1204) adalah rabi Yahudi asal Spanyol yang secara tradisional dikenal sukses melakukan kodifikasi ini. Dalam kodifikasi ini diurutkan aturan-aturan menyangkut apa yang boleh dilakukan (perintah positif) dan apa yang tidak boleh dilakukan (perintah negatif) oleh setiap orang Yahudi seperti tertulis dalam torah. Ada kewajiban setiap anak laki-laki Yahudi untuk menuliskan sendiri satu gulungan kitab-kitab Musa, seperti tertulis dalam butir hukum #612.
Dalam Injil hari ini ada kisah tentang seorang ahli hukum yang datang kepada Yesus dan bertanya: Di antara semua butir aturan di atas, yang mana yang terbesar? Terhadap pertanyaan ini Yesus dengan bijak merumuskannya secara singkat dan tepat dengan mengkombinasikan kalimat pertama Iman Israel dalam Ul 6:5 yang berbunyi: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu; dan menambahkannya dengan Im 19:18: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Dengan demikian dari 613 butir aturan Yahudi di atas Yesus memadatkannya menjadi hanya satu yakni perintah untuk mengasihi, yakni pertama dan terutama perintah untuk mengasihi Allah, dan berikutnya perintah untuk mengasihi sesama seperti dirimu sendiri. Mengasihi Tuhan Allah adalah hukum pertama dan utama karena Allah yang menciptakan segala sesuatu, termasuk menciptakan kita manusia. Kita manusia dituntut untuk beriman, mengasihi dan beradorasi, mengabdi Allah secara total dengan segenap jiwa raga kita. Kita juga dituntut untuk mencintai dan menghormati satu sama lain karena setiap kita diciptakan seturut gambar dan rupa Allah pencipta itu sendiri.
Agama Kristen mengajarkan kepada kita bahwa relasi dengan Allah dan sesama dikuduskan dan disatukan dalam pengorbanan Kristus. Melalui Darah-Nya, Kristus menyembuhkan luka-luka dan menghapus dosa-dosa kita. Itulah kasih Kristus yang sesungguhnya. Kasih Kristus menuntut dari kita iman kepada-Nya. Dengan iman kita menerima rahmat pengorbanan Kristus itu yang melayani dan mengasihi kita secara sempurna melalui salib, kematian dan kebangkitan-Nya. Dengan harap kita tidak boleh pernah putus asa karena hidup adalah jalan salib yang harus kita terima dan lalui. Jalan salib tidak mulus melainkan berliku-liku, bahkan banyak penderitaan. Penderitaan menuntut kita untuk setia, sebab hanya dengan kesetiaan Kristus memenuhi janji-Nya dan masuk ke dalam kemuliaan Bapa.
Karena itu hendaknya kita mendengarkan nasihat St. Paulus:
Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia;
jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia;
jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;
jika kita tidak setia,
Dia tetap setia,
Karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya. (2Tim 2:11-13)