Never give up!
Kis 22:3-16/Mrk 16:15-18
St. Paulus memberi kita sebuah pengakuan yang sangat personal tentang pertobatan. Ia menulis tentang proses pertobatannya sebagai sesuatu yang misterius melalui suatu perjumpaan dengan suara yang ia tak kenal. “Saul, Saul, kenapa engkau menganiaya Aku?”
Saul sama sekali tidak mengenal suara ini. Suara yang asing. Suara ini datang padanya dan tak seorangpun mengenal suara ini selain dirinya sendiri.
Meski suara ini asing baginya namun satu hal yang pasti bahwa Saul dengan tahu dan mau ingin menghancurkan orang-orang yang mengikuti Yesus.
“Akulah Yesus, orang Nazaret yang kau aniaya itu,” jelas suara itu.
Merenung tentang pertobatan St. Paulus membawa kita masuk ke dalam situasi yang absurd. Dalam situasi yang kelam, manusia tidak tahu apa yang ia perbuat. Amarah, benci, iri hati adalah kondisi-kondisi di mana manusia berada dalam kegelapan – simbol kematian. Di sini manusia berada dalam kondisi eksistensial yang persis berlawanan dengan terang – hidup itu sendiri – Allah.
Dalam banyak hal para mistik mengingatkan kita bahwa suara hati adalah satu-satunya instrumen yang dapat menuntun kita keluar dari situasi-situasi kontradiktif dan absurd. Hal ini persis di alami oleh Paulus sebelum pertobatannya.
Namun kegelapan tidak mengalahkan Saulus. Sebuah cahaya yang lain, suara yang suci turun dan membuka jalan baginya untuk melihat secara baru. “Aku tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu.” Inilah titik temu antara hati nurani yang keliru yang menuntun kepada kebinasaan tetapi masih bisa diselamatkan oleh “cahaya” yang datang menjumpai dan menuntun ke jalan yang benar. Cahaya itu adalah “Terang yang sesungguhnya telah datang ke dalam dunia” menurut penginjil Yohanes (Yoh 1). Saksi-saksi “Terang yang sesungguhnya” adalah murid-murid Tuhan sendiri seperti Ananias dimana Saulus dituntun untuk bertemu dengannya, dibaptis dan dikuatkan untuk tugas yang baru di jalan yang benar: “Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.” (22:14).
Akhir dari kisah pertobatan Paulus adalah bahwa ia menjadi manusia baru dengan hati nurani dan jiwa yang baru. Ia diselamatkan bukan oleh karena apa-apanya darinya sendiri tetapi karena kasih dan kerahiman, kuasa rahmat Allah itu sendiri. Allah selalu menginginkan yang terbaik yakni keselamatan manusia meski diliputi oleh salah dan dosa.
Syair-syair lagu Don Moen berikut mungkin bisa memberi inspirasi lebih dalam tentang kasih Tuhan yang selalu bekerja menuntun kita di jalan yang benar:
God will make a way
Where there seems to be no way
He works in ways we cannot see
He will make a way for me
He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength for each new day
He will make a way, He will make a way …
Selamat merayakan pesta pertobatan St. Paulus – Rasul bangsa-bangsa.