Bacaan: Kej 6:5-8; 7:1-5, 10; Mk 8:14-21
Dosa secara bertahap berkembang di dunia sampai hati manusia dihancurkan secara total dan manusia sudah tidak bisa memperbaiki diri karena sudah dikuasai oleh kekuatan setan maka Allah memutuskan untuk memusnahkan dunia melalui banjir bandang. Hanya Nabi Nuh yang saleh telah ditentukan untuk diselamatkan. Ia akan menjadi bapa bangsa baru dari umat manusia yang telah dibersihkan.
Kisah banjir bandang ini mirip dengan kisah yang sudah beredar di negeri Babilon. Penulis Kitab Suci member makna dan nuansa religi kepada kisah itu. Diperlihatkan didalamnya bagaimana Allah menunjukkan keadilanNya dengan penghukuman atas diri umat manusia yang berdosa. Namun kisah ini juga menghadirkan Nabi Nuh yang diselamatkan untuk menunjukkan belas kasih Allah dan ketidakinginanNya memusnahkan umat manusia secara total.
Di dalam Perjanjian Lama, kebiasaan umat untuk mengenang dan mengingat belas kasih Allah adalah dasar dari kesetiaan umat akan perjanjian ilahi. Berulang kali perjanjian ini dilanggar oleh umat sejak ratusan tahun sebelum Yesus lahir sampai pada jaman Yesus berkarya. Dengan meningatkan para murid untuk waspada dan melawan pengaruh orang-orang Farisi dan Herodes, Yesus mengajak miridNya untuk mengimani Dia bukan sebagai penyelamat yang bersifat magis-tukang membuat mukjijat seperti yang diharapkan orang-orang Farisi-, nasionalis dan politis melainkan Penyelamat universal, untuk seluruh dunia dan bersifat abadi.
Sebagai orang Kristen di dunia modern dan sekuler ini kita diharapkan menjadi orang-orang yang punya sikap yang perseptif. Salah satu ciri dunia modern adalah sikap pragmatis. Kita kuatir bahwa masa depan umat manusia modern ini tidak mengindahkan lagi nilai-nilai moral kehidupan. Yesus mengingatkan kita untuk berhati-hati dan melawan pengaruh ragi dunia sekuler yang terus berkembang. Artinya kita diajak untuk tidak sekedar hanyut mengikuti jaman dan tidak diajak untuk menghukum dunia modern dengan menghindari produk-produk dunia sekuler (seperti mobil, ponsel, dll) melainkan untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran dan genggaman kekuasaan setan.
Ini suatu tugas yang tidak mudah. Dibutuhkan kesediaan untuk terus menerus belajar dan berefleksi secara perseptif dan bijaksana. Kontemplasi akan sangat membantu kita untuk mengambil langkah yang bersifat kristiani dalam hidup kita sehari-hari. Dengan berbekal belas kasih Allah kita terus memupuk sikap belas kasih dan bela rasa dengan mereka yang lemah sebagai wujud karya keselamatan Tuhan melalui kita.