Rabu, 15 Februari 2017

Bacaan: Kej 8:6-13, 20-22; Mk 8:22-26

Suatu awal babak baru kehidupan. Itulah yang dikisahkan tentang nabi Nuh yang untuk pertama kalinya setelah banjir bandang melanda dunia ia bisa keluar dari bahteranya dan menjejakkan kakinya di tanah kering. Apa yang dilakukan pertama kali setelah nabi Nuh diselamatkan? Ia membangun sebuah altar persembahan kepada Allah sebagai ucapan syukur dan terima kasih padaNya yang telah menganugerahkan keselamatan kepada diri dan keluarganya. Allah yang telah menghukum dunia dan menyelamatkan nabi Nuh menerima persembahan ritual sang nabi. Ia bahkan berjanji untuk tidak akan lagi memusnahkan dunia ini . ini menjadi jaminan keselamatan umat manusia.

Ketika Yesus datang untuk menyembuhkan segala macam penyakit, orang-orang melihat inilah saatnya keselamatan tiba. Dalam kisah penyembuhan seorang buta, yng sejajar dengan kisah penyembuhan seorang bisu tuli (Mk 7:31-36), diperlihatkan bagaimana Yesus membawa orang sakit itu menyendiri dan melalui tindakan ritual Yesus menyelamatkan si sakit. Para pendengar kisah ini pada waktu itu langsung teringat pada Yes 35:5-6, “Pada waktu itu orang buta akan dapat melihat, dan orang tuli akan dapat mendengar. Orang lumpuh melompat-lompat seperti rusa, orang bisu bersorak-sorak gembira …”. Yang menarik dalam kisah tadi adalah bahwa penyembuhan itu terjadi secara gradual.

Kisah penyembuhan dimaksudkan untuk menyadarkan pembaca akan hal-hal yang lebih abadi yakni penyembuhan total dan untuk selamanya . Memang hal ini tidak berarti kita tidak perlu berdoa untuk kesembuhan orang yang sakit. Penyembuhan yang “mengagetkan” atau secara mukjijat masih terjadi juga di jaman dunia modern ini walaupun jumlahnya relatif sangat sedikit. Banyak penyakit telah disembuhkan secara gradual melalui doa,dukungan keluarga dengan cinta tanpa pamrih, dan melalui baik pengobatan traditional maupun modern.

Penyedirian oleh Yesus dalam menyembuhkan dimaksudkan agar orang tidak salah mengerti tentang siapa Dia. Orang-orang sudah mengetahui Surga akan menutus seorang seperti Anak Manusia yang akan menyelamatkan mereka. Namun demikian pemahaman umat waktu ini tergiring berdasarkan pengalaman kehidupan sehari-hari kepada figur penyelamat yang bersifat nasionalis dan politis. Yesus memberi sebuah model yang lebih dalam, luas, dan abadi.

Melalui kisah-kisah penyembuhan itu kita diajak untuk melihat jauh ke masa depan. Ke awal baru kehidupan abadi. Mungkin kita mengalami kesakitan dan penderitaan setiap hari. Udara yang kita hidup setiap saat mengandung rasa pahit beratnya beban hidup. Namun kita diajak oleh Yesus untuk pelan-pelan memiliki harapan dan berpegang teguh pada janji keselamatan yang Yesus tawarkan.