Penggallah!
Peringatan Santo Polikarpus
23 Februari 2017
Markus 9:41-50
Perkataan Yesus pada Injil hari ini cukup keras dan bahkan terkesan brutal. Tuhan yang penuh kasih, kini berubah menjadi tegas dan lantang. Apa kira-kira yang membawa perubahan drastis ini? Jawabanya tidak lain adalah dosa. Jika ada satu hal yang Yesus benci, ini adalah dosa.
Dalam katakismus, kita belajar bahwa dosa adalah pelanggaran terhadap Allah yang menghancurkan persahabatan kita dengan-Nya. Kita pun menjadi musuh Allah dan kehilangan rahmat dan hidup kekal. Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa Yesus tidak ingin kita berdosa karena Ia ingin agar kita sungguh hidup bersatu dengan Allah dan memperoleh hidup kekal. Sebagaimana orang tua yang kadang marah terhadap anak mereka bukan karena benci tetapi karena sayang dan tidak mau anak mereka celaka, kita sekarang bisa mengerti kenapa Yesus begitu keras terhadap dosa. Ia sungguh mengasihi kita, dan Ia sangat benci dengan hal-hal yang memisahkan-Nya dengan kita.
Tetapi, mungkin kita bertanya, bukankah Yesus sebenarnya bersahabat dengan para pendosa dan menerima mereka dengan tangan terbuka? Yesus makan bersama Zakeus, pemunggut pajak. Ia mengampuni perempuan yang tertangkap basah dalam perselingkuhan, dan masih banyak lagi. Benar bahwa Yesus merangkul semua orang termasuk para pendosa, tetapi ini karena ia ingin mereka bertobat dan mengikuti Dia. Maka Yesus berkata, “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi! (Yoh 8:11)”
Banyak penulis rohani mengatakan bahwa dosa terjadi saat kita memilih ciptaan daripada pencipta, saat kita melekatkan diri pada hal-hal sementara daripada yang abadi. Yesus pun dengan tegas menginginkan kita untuk melepas semua kelekatan-kelekatan kita terhadap hal-hal duniawi, entah itu kekayaan, posisi, prestasi dan lain-lain. Semua ini pada akhirnya akan membawa kita pada dosa, dan dosa pada neraka. Saat Yesus berkata, “Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah”, mungkin terdengar sangat sadis, tetapi perkataan-Nya sebenarnya tidak jauh dari realitas kita sehari-hari. Lebih baik hidup sederhana, daripada kaya karena korupsi atau mencuri. Lebih baik jabatan biasa-biasa saja, dari pada punya posisi tinggi hasil kolusi dan suap-menyuap. Jika Yesus keras terhadap dosa, kita pun harus tegas dan lugas terhadap dosa. Jangan kita berkompromi, jangan pula setengah hati. Berani mengatakan tidak, berani untuk memenggal keterikatan kita terhadap hal-hal duniawi.
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP