Jumat, 17 Maret 2017
Merenungkan kasih setia Tuhan
Mat 21, 33-43.45-46
Perbuatan dosa tidak pernah terjadi secara tiba-tiba tetapi melalui beberapa proses yang kadang tidak kita sadari. Ketidaksetiaan dalam perkawinan, hidup religius, hidup imamat bisa berawal dari ketidaksetiaan dalam menjaga relasi dengan Tuhan, melalaikan hidup doa dan sebagainya. Hal itu bisa terjadi karena dalam diri kita ada kecenderungan berbuat dosa dan kecenderungan untuk mengikuti apa yang kita inginkan dan kehendaki. Pada saat yang sama kita cenderung untuk mengabaikan suara Tuhan yang bergema dalam hati nurani kita. Demikianlah kiranya makna yang dapat kita ambil dalam perumpamaan yang dikisahkan dalam Injil hari ini. Allah sebagai pemilik kebun anggur, senantiasa menunjukkan kasih dan kesetiaannya meski manusia yang digambarkan sebagai para pekerja kebun anggur yang berkeras hati dan tidak mau mendengarkan kehendak Allah. Hal itu menggambarkan bagaimana Allah sejak awal mencintai dan bermurah hati kepada manusia. Ia mengirimkan para nabi dan bahkan PuteraNya sendiri untuk mewartakan Sabda Allah tetapi manusia berkeras hati dan bahkan membunuh Putera Allah. Manusia lebih memilih untuk mengikuti keinginan dan hawa nafsunya daripada mendengarkan kehandak Allah. Namun cinta Allah tidak akan padam nyalanya karena dosa dan ketidaksetiaan kita karena kasih Allah kekal abadi. TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. (Mzm 103:8).
Dalam masa prapaskah ini, pertama-tama kita diundang untuk merenungkan kasih setia Tuhan yang senantiasa dicurahkan dalam hidup kita. Allah yang murah hati dan sabar menjadi pusat perjalanan tobat kita. Oleh karena itu sangatlah penting untuk senantiasa menjalin relasi intim dengan Allah agar hidup kita berbuah. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yoh 15:5).
“Puji Syukur kepadaMu ya Yesus, karena Engkau telah menaburkan benih iman dalam hati kami. Ajarilah kami untuk setia kepadaMu dan semoga hidup kami berbuah dalam tindakan mengasihiMu dan sesama kami. Semoga kami mampu untuk mengenal PribadiMu lebih intim, mencintaiMu lebih dalam, dan mengikuti jalanMu lebih setia”