Rabu, 22 Maret 2017

Ulangan 4:1, 5-9
Mazmur 147
Matius 5:17-19

Dalam Injil hari ini Yesus memperingatkan para muridnya bahwa kedatangannya bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau para nabi, melainkan untuk menggenapkannya. Mungkin ini sebuah pernyataan yang mengherankan, karena kita tahu bahwa sebagai umat Kristen kita tidak lagi memperlakukan hukum Taurat sama seperti saudara-saudari kita yang beragama Yahudi. Jadi apakah yang dimaksud Yesus di sini, terutama bahwa dia telah menggenapi hukum Yahudi?

Kalau kita bandingkan dengan kata-kata Musa dalam Kitab Ulangan hari ini, kita melihat bahwa ia mengajarkan hukum Taurat pada bangsa Israel karena ia diperintahkan oleh Allah untuk melakukannya. Tetapi Yesus bukan hanya seperti seorang nabi yang melakukan perintah Tuhan untuk menyebarkan suatu ajaran atau hukum. Yesus adalah sang Firman sendiri. Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Ketika dia mengatakan bahwa dia menggenapi hukum Taurat, dia menunjukkan bahwa semua perintah dan kehendak Bapa ada dalm hidup, pelayanan, dan ajarannya.

Hal ini menantang kita untuk melihat hukum atau perintah Allah dengan lensa yang berbeda dengan bagaimana kita melihat hukum manusia. Bagi kita umat Kristiani, hukum bukan semata-mata daftar aturan-aturan yang tertulis di mana kita wajib menjalankan semua yang terdapat di dalamnya. Hukum bagi kita adalah hukum yang hidup. Hukum bagi kita bukanlah sepercik tinta di atas kertas, tetapi seorang manusia yang bernama Yesus Kristus yang juga merupakan Putra Allah sendiri.

Memang benar bahwa kita mempunyai pegangan yang tertulis seperti Alkitab. Tetapi Alkitab adalah lebih merupakan alat untuk membantu kita mengerti akan hukum yang sebenarnya, yaitu Kristus. Yesus sendiri mengerti hal ini ketika dia tidak terpaku pada apa yang tertulis dalam Taurat tetapi lebih kepada apa yang dikehendaki oleh Bapanya. Karena itu dia tidak ragu untuk menyembuhkan orang sakit di hari Sabat, dan dia mengerti benar bahwa apa yang dilakukannya bukanlah pelanggaran hukum Allah tetapi justru lebih sesuai dengan apa yang Allah kehendaki bagi manusia.

Bagi kita yang mengaku sebagai pengikut Kristus, hendaknya kita bisa lebih memusatkan hati dan pikiran kita pada figur Yesus, penjelmaan dari hukum dan aturan Allah yang sempurna, yang turun ke dunia untuk menunjukkan pada kita secara jelas dan gamblang bagaimana hidup kita seharusnya sebagai anak Allah.