Hati Yesus dan Kuk
 
Hari Raya Hati Kudus Yesus
23 Juni 2017
Matius 11:25-30
 
“Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (Mat 11:29)”
 
Kita orang Indonesia memiliki banyak ungkapan dengan menggunakan kata hati. Orang yang mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati adalah orang yang penuh dedikasi. Orang yang tidak berperasaan atau tidak peduli disebut sebagai orang yang tidak memiliki hati. Orang yang siap dan banyak berbuat baik adalah orang yang bermurah hati. Hati adalah lambang dari sumber kasih, kerahiman dan semangat. Hati tidak hanya menjadi simbol dari sumber kehidupan, tetapi juga kepenuhan hidup. Karena kata hati sangat dekat dengan ‘hati’ orang Indonesia, tidak salah jika banyak dari kita memiliki devosi terhadap Hati Kudus Yesus.
Jika kita bertanya siapa kira-kira yang berada di dalam hati kita, jawabannya tentu tidak sulit. Mereka adalah orang-orang yang kita sayangi, anggota keluarga, dan sahabat karib. Kemudian, kira-kira siapa yang berada di dalam hati Yesus? Injil hari ini memberikan kita jawaban. Mereka adalah orang-orang sederhana, orang-orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidup mereka, orang-orang yang walaupun banyak menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup tidak kehilangan harapan pada Yesus. Berbeda dengan orang-orang sederhana, orang-orang bijak dan pintar kadangkala sering merasa cukup dengan diri mereka sendiri, bisa menyelesaikan permasalahan mereka sendiri, tidak lagi mengadalkan Tuhan dalam hidup mereka. Hati Yesus selalu terbuka untuk mereka tetapi mereka tidak merasa perlu untuk masuk ke dalam hati Yesus.
Hati Yesus juga terbuka bagi kita yang letih lesu dan berbeban berat. Tetapi jika Yesus sungguh bermurah hati dan lemah lembut, kenapa Yesus bersabda kepada mereka yang berbeban berat untuk memikul kuk Yesus? Bukankah ini justru menambah beban dan semakin melelahkan? Kuk adalah alat yang dipasang di leher untuk mengangkat atau menarik beban. Biasanya kuk diletakkan di hewan seperti kerbau atau kuda untuk membajak sawah atau menarik gerobak. Namun kadang kala bagi orang yang miskin mereka sendirilah yang menarik dan memikul kuk saat bekerja. Awalnya Yesus terkesan memberikan beban baru dan bukannya istirahat, tetapi sungguh Yesus tidak memberi beban baru.
Di Palestina maupun di Indonesia, ada yang namanya kuk kembar. Ini adalah jenis kuk untuk digunakan oleh dua hewan sekaligus. Saat Yesus berkata, “Pikullah kuk milik-Ku”, Yesus sebenarnya mengajak kita untuk berbagi beban dengan-Nya karena hanya ada satu kuk. Saat kita lelah dan berbeban, kita bisa percayakan kuk berat kita kepada Yesus sehingga kita bisa beristirahat. Hati-Nya yang lembut dan penuh belaskasih akan selalu terbuka dengan kita yang memikul beban berat kehidupan, asalkan kita mau belajar menjadi orang-orang yang sederhana.
 
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP