NYANYIAN PUJIAN ZAKHARIA
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya.”
Demikian kalimat pembuka Kidung Zakharia dalam Lukas 1:68-80. Kidung Zakharia merupakan kidung ucapan syukur yang diucapkan oleh Zakharia karena kelahiran puteranya, Yohanes Pembaptis.
Kisah tentang kelahiran Yesus tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kisah mengenai kelahiran Yohanes Pembaptis. Kisah tentang keduanya bahkan mempunyai kemiripan. Kabar Gembira kelahiran Yesus dikumandangkan dengan penuh sukacita oleh para malaikat yang lalu menyampaikannya kepada para gembala. Sementara itu, kelahiran Yohanes Pembaptis dimuliakan oleh Zakharia, ayahnya, yang kebisuannya disembuhkan secara ajaib oleh Tuhan.
Dalam keadaan normal, kelahiran itu membawa kegembiraan. Kelahiran selalu membawa sesuatu yang baru. Demikian pun dengan kelahiran Yohanes Pembaptis, tidak saja membawa kebahagiaan bagi orang di sekitarnya, tetapi mengakhiri kebisuan Zakharia yang pada mulanya ragu akan kehebatan kuasa Ilahi. Yohanes Pembaptis lahir dan Zakharia melantunkan sebuah kidung tentang kebesaran Tuhan, itulah “Kidung Zakharia”. Kidung Zakharia ini telah menjadi sebuah doa indah yang diucapkan Gereja setiap hari sampai saat ini.
Kidung Zakharia adalah sebuah ‘doa iman’ seperti Zakharia sendiri adalah salah satu model iman. Mata iman Zakharia melihat bahwa kelahiran anaknya, Yohanes Pembaptis, adalah kelahiran Sang Perintis. Sang Perintis yang memiliki tugas untuk menyuarakan pertobatan bagi umatNya untuk menyambut kedatangan Sang Juruselamat: Allah beserta kita. Allah melawat umatNya dan lawatan ini memberi pertolongan serta keselamatan.
Setiap hari, setiap saat, Allah telah berbuat baik kepada kita. Menjadi tugas kita sekarang untuk bersyukur dan berterima kasih untuk apa yang telah kita peroleh itu, semuanya adalah anugerah kebaikan Allah. Semoga kita tidak lupa untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas segala kebaikan Tuhan yang telah melawat umatNya yang melampaui segala akal dan pikiran manusia yang telah dinyatakan atas hidup kita.
Marilah kita membagikan rahmat kebaikan Allah itu bukan saja dengan perkataan atau dengan madah pujian, tetapi terlebih lagi dengan perbuatan. Mari kita berbuat baik kepada semua orang sebab Allah nyata hadir di sana, di dalam diri sesama kita. Ketika kita melayani sesama, kita juga melayani Allah. Ketika kita dapat membuat sesama bersukacita, kita juga membuat Allah bersukacita.
Marilah kita bersama Zakharia mensyukuri rahmat kasih Allah yang terbesar, yaitu penebusan yang kita terima di dalam kristus Tuhan kita. Selamat hari Raya Natal! (Yustinus Nana Sujana, osc)