Senin, 16 Juli 2018

Damai bukan berarti “mudah”, “tidak ada perderitaan”

Matius 10:34- 11:1

Ketika kita membaca Injil hari ini untuk pertama kali, kita mengalami kesulitan untuk memahaminya. Bagaimana kita bisa memahami Sabda Yesus bahwa misiNya datang ke dunia bukan untuk membawa damai tetapi pedang. Bagaimana memahami sabda ini ? Bukankah Yesus adalah pembawa damai seperti yang dikatakan oleh Nabi Yesaya. “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (Yesaya 9:6). Yesus bersabda kepada paraa Murid bahwa Dia tidak datang untuk membawa damai, melainkan membawa pedang (Mat 10:34). Kata benda “pedang” dalam bacaan ini tidak diartikan sebagai sebilah pedang secara fisik, melainkan suatu senjata rohani yang bisa membelah sumber dari kejahatan dan dosa manusia. Sabda Allah juga digambarkan sebagai sebuah”pedang bermata dua” yang mampu membelah dan memilah pikiran dan isi hati kita sehingga kita mampu membedakan segala sesuatu dengan pertimbangan dan pemikiran hati kita (Ibr 4:12). Dengan demikian Yesus datang untuk menyelamatkan kita dan membawa kita menuju hidup yang bebas sebagai anak-anak Allah yang damai dan penuh suka cita Roh Kudus (Rm 14:17).

Itulah misi yang dibawa oleh Yesus yaitu membebaskan manusia dari kuasa dosa dengan senjata Sabda Allah yang hidup, yaitu Yesus sendiri. Yesus menempati tempat pertama dalam hati kita sehingga Ia pun menuntut sikap totalitas sebagai pengikutNya, “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Dan barangsiapa mengasihi puteranya atau puterinya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku” Selanjutnya Yesus lebih lanjutmengundang kita untuk memikul salib dan mengikutiNya.

Bacaan Injil hari ini sungguh menantang kita untuk berani menghadapi kesulitan dan penderitaan dalam kehidupan kita sehari-hari. “Damai” yang dimaksud oleh Yesus bukanlah suatu kondisi yang tanpa hadirnya kesulitan dan penderitaan atau segalanya menjadi mudah. Yesus tidak pernah menjanjikan hal yang mudah tetapi Ia berjanji membantu kita dalam menghadapi situasi sulit. Menjadi tugas kita untuk senantiasa berpegang teguh pada SabdaNya, Sabda kebenaran dan kehidupan. Ketika menghadapi suatu persoalan dan kesulitan yang berat, tak jarang kita berputus asa dan kehilangan harapan. Sabda Tuhan hari ini seolah menguatkan kita untuk berani menghadapi kesulitan dan penderitaan karena Allah menyertai kita dan mempersenjatai kita dengan senjata rohani yaitu Sabda Allah. Kita bertanya kepada diri kita masing-masing, sudahkah kita mempunyai kebiasaan membaca dan merenungkan dan melaksanakan Sabda Allah ?

“Tuhan Allah kami, seringkali kita tidak mampu melihat, mendengar dan merasakan kehadiranMu karena kami terlalu kawatir dan takut menghadapi kesulitan dan penderitaan. Buatlah hati kami berkobar dengan nyala Roh KudusMu untuk mampu mencintaiMu dengan sepenuh hati, pikiran dan kekuatan kami dan juga menyalakan api cinta kasih dalam hati kami untuk mampu mencintai sesama kami.”