Sabtu 4 Agustus 2018
PW S. Yohanes Maria Vianney, Imam
Beranikah kita menjadi Yohanes baru hari ini?
Bacaan Injil Mat 14:1-12
Perkataan orang jujur terhadap sebuah kebenaran seringkali tidak mengenakan untuk didengar. Sebaliknya untuk mengkapkan sebuah kebenaran kita butuh seorang pribadiyang jujur tanpa bisa disuap atau di beli dengan uang atau material yang lain.
Bacaan injil hari ini menggambarkan ungkapan di atas. Yohanes tidak segan-segan menegur Herodes yang mengambil Herodias, istri Filipus sebagai isterinya. Adalah sesuatu yang tidak baik bagi seorang raja untuk melakukan hal tersebut karena akan merusak relasi dalam kerajaan dan juga tidak mencerminkan seorang pemimpin yang baik. Konsekuensi dari teguran itu, kepala Yohanes dipenggal oleh Horedes.
Dalam kehidupan kita baik perseorangan, keluarga ataupun bermasyarakat, kita sering menjumpai peristiwa-peristiwa ketidakadilan atau tindakan sewenang-wenang dari para pemegang kekuasaan. Banyak kebenaran diputarbalikan hanya demi kekuasaan. Yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan, semuanya hanya demi kenyamanan big boss. Orang yang menyuarakan kebenaran dan mengkritik situasi ini disingkirkan bahkan dilenyapkan.
Dalam konteks keluarga atau perseorangan, seringkali hal ini pun terjadi, demi kenyamanan perbuatan yang dilakukan, orang bisa berdalih macam-macam. Ketika ditegur atau diberilkan masukan, orang tersebut justru dibenci bahkan dimusuhi. Teman yang peduli akan tindakannya yang keliru disingkirkan.
Menghadapi realitas tersebut diatas memang tidak mudah bagi kita untuk terus menyuarakan kebenaran. Pertanyaannya, apakah kita harus stop ketika melihat perbuatan yang tidak adil, perbuatan yang merugikan orang lain? Apakah suara kebenaran masih dibutuhkan? Tentu reaksi akan macam-macam, bagi yang mau cari aman tentu tidak peduli terhadap semuanya itu (banyak tipe seperti ini), bagi yang berani mengungkapkan kebenara, taruhannya nyawa.
Hari ini Injil menantang kita untuk belajar dari Yohanes yang berani mengkritik Herodes. Beranikah kita menjadi Yohanes-Yohanes baru dalam konteks hidup kita? Beranikah kita membuka mulut kita ketika kita melihat salah satu anggota keluarga kita melakukan hal-hal yang sesungguhnya tidak benar? Beranikah kita menegur teman kita yang terang-terangan menghalakan segala cara demi kepentingannya atau kelompoknya dan mengorbankan yang lain? Beranikah kita menyuarakan kebenaran dan keadilan ketika kita melihat kebijakan penguasa yang tidak membela kaum kecil? Inilah tantangan kita sebagai Yohanes jaman ini. Ingat lagu “Janji Tuhan”: Tuhan tidak pernah berjanji bahwa langit akan selalu biru dan bunga bertaburan di seluruh jalan kehidupan kita.Tetapi Tuhan menjanjikan kekuatan untuk tiap hari; Kelegaan bagi yang letih dan berbeban berat; Terang bagi yang berjalan dalam kegelapan; Pertolongan dari atas pada waktunya; Perhatian yang tidak mengecewakan; Dan kasih yang tidak pernah padam.