Selasa Pekan I Prapaskah, 12 Maret 2019

Bacaan: Yesaya 55:10-11; Matius 6:7-15

“Bapa kami”

Doa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup Yesus dan yang diajarkanNya kepada para rasulNya. Bagi Yesus, doa adalah saat khusus untuk berkomunikasi kepada BapaNya dan kesempatan bagiNya untuk berbicara serta mendengarkan BapaNya. Maka doa menjadi bagian integral bagi hidupNya. Doa yang mendalam ini menunjukkan bagaimana relasiNya dengan BapaNya, sebuah relasi yang dihidupiNya sebagai Anak dan Bapa. Relasi ini menunjukkan kesatuan yang begitu dekat dan erat juga tidak terpisahkan. Apalagi Yesus sendiri mengatakan bahwa Aku dan Bapa adalah satu, yang percaya kepadaKu juga percaya kepada Bapa.

Yesus pun membagikan relasi yang intim dengan BapaNya ini melalui doa yang diajarkanNya kepada kita semua, para muridNya. Bagi Yesus, BapaNya juga adalah Bapa kita semua, maka dalam doa yang diajarkanNya itu, Ia mengajak kita semua menyapa Allah sebagai Bapa. Sebutan ini tidak pernah kita dengar sebelumnya, apalagi memang tidak ada manusia, bahkan nabi sekalipun yang berani menyapa Allah sebagai Bapa, karena Allah adalah Mahakuasa dan jauh. Tabir baru dibuka oleh Yesus bagi kita semua dan dengan menyapa Allah sebagai Bapa, kita juga diajak masuk ke dalam relasi yang mendalam sebagai anak. Oleh sebab itulah kitapun perlu membuka hati dan sungguh menghidupi panggilan kita sebagai anak-anak Allah.

Baiklah kita menyadari diri kita sebagai anak-anak Allah, khusus dalam permenungan kita selama Masa Prapaskah yang sekaligus menjadi Masa Tobat kita. Apakah kita sudah mempunyai relasi yang intim dan mendalam kepada Allah Bapa kita? Apakah kita selalu mekhususkan waktu kita untuk berdoa, berbicara dan mendengarkan suaraNya?