Posted by admin on September 1, 2019
Posted in renungan
2 September 2019
1 Thesalonika 4:13-18
Mazmur 96
Lukas 4:16-30
Kita orang Indonesia memang sering minder, kurang percaya diri. Kalau ada 2 barang di toko, yang satu buatan Indonesia dan yang satu lagi buatan luar negeri, hamper selalu kita akan memilih yang buatan luar, walaupun harganya jauh lebih mahal. Sudah menjadi prinsip umum bahwa barang buatan Indonesia kualitasnya kalah dengan buatan luar, cepat rusak.
Yesus, waktu kembali ke kota asalnya, Nazaret, untuk mengajar di bait Allah, mengalami hal yang serupa. Orang-orang lokal tidak percaya dia bisa mengajar dengan baik. Mereka menantangnya untuk membuat mujizat-mujizat seperti yang dilakukannya di tempat lain. Karena ketidak-percayaan mereka itulah Yesus kemudian menjawab dengan menggunakan cerita dari Kitab Suci. Nabi Elia dan Elisa, dua nabi besar bangsa Israel, dikirim Tuhan untuk menyembuhkan orang-orang non-Israel. Bahkan Naaman yang disembuhkan Elisa adalah seorang jendral dari Siria, musuh bangsa Israel. Jelas saja orang-orang yang mendengarkan Yesus marah besar. Mereka merasa Yesus mengabaikan mereka, bahwa Tuhan menjalankan misi keselamatanNya untuk orang lain dan bukan untuk mereka. Lukas seperti mau menyindir para orang Yahudi jamannya yang keras kepala menentang ajaran Kristus sedangkan orang-orang non-Yahudi lebih mudah menerima.
Kita pun pasti kecewa jika kita merasa dilewati dan tidak diperhatikan Tuhan. Apalagi kita yang merasa sudah Katolik taat, mengikuti semua aturan Gereja. Tapi kenapa hal-hal baik atau mujizat terjadinya hanya dalam hidup orang lain?
Kalau memang anda sudah menjadi anggota Katolik yang baik dan masuk dalam persekutuan Gereja, bersukacitalah. Bukan berarti hidup akan selalu menjadi lebih mudah, tapi anda sudah masuk dalam hubungan yang intim dengan Allah. Tidak perlu merasa cemburu dengan membanding-bandingkan dengan orang lain, seperti si putra sulung yang iri dengan kemurahan ayahnya yang memberikan pesta pada adiknya yang telah kembali setelah hilang beberapa lama. Maukah kita justru ikut bergabung dengan Tuhan untuk menjalankan rencananya di dunia ini: "memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas, dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang"?