Posted by admin on September 2, 2019
Posted in renungan
Tuesday, 3 September 2019
Hari Raya Peringatan Santo Gregorius Agung, Paus dan Pujangga Gereja
1 Tesalonika
Mazmur 27
Lukas 4:31-37
Siapa yang tidak mau damai? Semua orang pasti mau keadaan negara dan dunia yang damai, supaya setiap orang bisa beraktivitas sehari-hari tanpa rasa takut. Tapi bagaimanakah kita bisa mencapai perdamaian itu? Dunia seakan mengatakan bahwa perdamaian hanya bisa dicapai dengan kekuatan, dengan ancaman senjata. Senjata digunakan untuk mengancam supaya jangan ada orang yang mencoba mengganggu perdamaian.
Ketika Paulus menggunakan istilah "damai dan aman" di dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, dia menyindir slogan yang digunakan kekaisaran Roma. Wilayah Romawi pada saat itu sudah sedemikian luasnya, sampai ke wilayah Yunani, Israel, dan Afrika Utara. "Pax Romana" menjamin kedamaian di semua jajahan Roma dengan mengandalkan kekuatan legiun Romawi seperti yang dipimpin oleh Ponsius Pilatus di Yudea. Setiap orang yang membangkang, yang mencoba mengganggu kedamaian, akan berhadapan dengan prajurit Romawi.
Paulus mengingatkan bahwa damai yang dijanjikan oleh kekaisaran Roma adalah damai yang semu. Bencana atau musibah dapat datang setiap saat. Kita tidak punya kendali. Tapi kita yang percaya pada Kristus tidak hidup dalam kegelapan. Menjadi pengikut Kristus bukan berarti hidup kita akan bebas dari kesulitan. Yang dijanjikan Yesus adalah bahwa dia akan selalu beserta kita dalam segala hal. Terang Kristus membuat kita untuk siap menghadapi segala cobaan.
Di saat dunia kita saat ini melalui berbagai bencana alam, peperangan, dan konflik antar kelompok, di mana para politikus berlomba-lomba menjanjikan damai dan aman melalui kekuatan atau ancaman kekerasan, semoga kita tidak akan pernah lupa Sang Damai dan Aman yang sejati. "Tuhan adalah terang dan keselamatanku. Kepada siapakah aku harus takut?" (Mazmur 27)