Jumat, 6 September 2019

Kolose 1:15-20
Mazmur 100
Lukas 5:33-39
Kalau Adam dan Hawa tidak berbuat dosa, apakah Yesus akan tetap datang ke dunia?
Banyak dari kita yang mungkin akan menjawab negatif. Logikanya, kalau kita berpendapat Yesus datang ke dunia hanya untuk menebus dosa, maka kalau tidak ada dosa dia tentu tidak perlu datang. Inkarnasi Allah Putra menjadi manusia yang lahir di Yudea 2000 tahun lalu tidak perlu terjadi. 
Tapi surat dari Paulus kepada jemaat di Kolose hari ini menginspirasi beberapa tokoh Gereja awal untuk berpendapat lain. Pendapat mereka dikuatkan dan dijabarkan secara lebih teratur dan mendalam oleh para Fransiskan di abad pertengahan, terutama oleh Beato Yohanes Duns Scotus (1266-1308). Scotus terutama merujuk pada ayat dari Kolose di mana tertulis, "[Kristus] ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia" (1:17). Saudara Fransiskan Adrianus Sunarko, mantan guru besar di STF Driyakara dan provinsial Fransiskan Indonesia, sekarang Uskup Pangkalpinang, menulis: 
"Berbeda dari pendapat tradisional pada masanya yang secara konstitutif mengkaitkan inkarnasi dengan penebusan dosa, Scotus menegaskan, bahwa Kristus akan datang ke dunia tidak sebagai penebus seandainya manusia tidak berdosa. Inkarnasi tidak ditentukan oleh adanya dosa Adam, melainkan dipandang sebagai sesuatu yang pada dirinya sendiri baik, karena mengalir dari kasih bebas Allah akan ciptaan. Motif dari inkarnasi di sini adalah kasih dari kehendak ilahi untuk mengkomunikasikan diri. Inkarnasi tidak tergantung pada jatuhnya manusia dalam dosa. Ia sudah selalu merupakan bagian dari rencana Allah. Dengan kata lain, pandangan bahwa dosa manusia merupakan prasyarat bagi inkarnasi ditolak Scotus. Inkarnasi bukanlah koreksi kemudian atas karya penciptaan. Sebaliknya harus dikatakan: penciptaan manusia dan dunia merupakan persiapan bagi inkarnasi." (dari buku "Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi" terbitan Kanisius 2008)
Sungguh merupakan suatu kabar baik. Yesus datang pertama-tama karena cinta Allah pada kita dan ingin bersama-sama dengan kita, bukan semata-mata karena dosa yang kita perbuat. Jika ini sikap Allah kepada manusia, maka hendaklah kita pun juga bersikap demikian pada orang lain. Mengabarkan Injil bukan terutama untuk menghakimi orang lain dan menunjukkan dosa mereka, tetapi mengabarkan bagaimana kasih Allah begitu besarnya, dan dosa tidak dapat mengalahkan kasih itu.