Posted by admin on September 6, 2019
Posted in renungan
Sabtu, 7 September 2019
Kolose 1:21-23
Mazmur 54
Lukas 6:1-5
Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus bermaksud meluruskan ajaran Kristiani yang telah dibelokkan oleh beberapa guru agama yang mengedepankan peraturan-peraturan yang lebih duniawi. Para guru agama ini mengutamakan ritual agama Yahudi seperti aturan makan minum, sunat, hari raya, atau hari Sabat. Umat Kristiani harus menanggalkan pakaian lama dan hidup dalam Kristus. Tidak ada lagi perbedaan antara Yahudi dan bukan Yahudi, budak atau orang bebas, semuanya hidup dalam Tubuh Kristus. Daripada berkutat pada hukum duniawi, hendaknya kita mengutamakan hidup dalam kasih, belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
Ajaran ini bisa kita lihat langsung dalam peristiwa yang digambarkan Lukas dalam Injil hari ini. Orang Farisi mengecam murid-murid Yesus yang melakukan hal yang dilarang pada hari Sabat. Yesus menjawab dengan mengingatkan mereka akan cerita bagaimana Raja Daud pernah mengambil roti yang dikhususkan hanya bagi para imam Bait Allah. Kebutuhan para serdadunya yang kelaparan adalah prioritas yang lebih utama bagi Daud saat itu.
Salah satu topik yang paling panas di Amerika Serikat saat ini adalah imigrasi. Banyak orang yang berpegang teguh pada hokum. Orang-orang yang melewati perbatasan tanpa dokumentasi dan ijin dianggap melanggar hukum. Karena itu mereka pantas dipenjara atau diperlakukan sedemikian rupa sehingga hidup mereka sengsara. Sebagai umat Kristiani, kita tunduk pada hukum negara kita. Tetapi bukan berarti hak atau martabat mereka yang melanggar hukum bisa semena-mena diinjak-injak. Mereka tetaplah anak-anak Allah, diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Martabat ini tidak boleh diabaikan oleh siapapun dan oleh alasan apapun.Di dunia di mana hak asasi manusia terancam, semoga kita berani mengingatkan hukum utama hakikat manusia dalam Allah.