Renungan Lubuk Hati

Rabu, 2 Oktober 2019

Peringatan Wajib Para Malaikat Pelindung

Kel. 23:20-23a; Mzm. 91:1-2,3-4,5-6,10-11; Luk. 9: 46-50

Kata: ‘ter’, telah menjadi patokan dan standar nilai dalam berbagai bidang kehidupan. Di bangku sekolah, orang akan berusaha menjadi yang terpandai. Di gelanggang olahraga, orang akan mati-matian menjadi yang terbaik. Di dunia infotainment, orang akan menampilkan diri sebagai orang yang tercantik dan tertampan. Orang-orang juga menghalalkan segala cara untuk menjadi orang yang terkaya. Seolah kata ‘ter’ ini menjadi ‘sihir’ sehingga banyak orang yang dengan segenap raga dan jiwa memperjuangkannya. Dan, sudah sejak zaman dahulu, sifat manusia memang tidak berubah, yaitu ingin menjadi lebih besar, lebih hebat, lebih berkuasa, dan lebih kaya dari yang lainnya. Pokoknya, kalau harus dibanding-bandingkan dengan orang lain, selalu ada yang bisa dibanggakan supaya terasa setingkat lebih hebat dari yang lainnya. 
Nah, ternyata para murid Yesus juga pernah bertengkar karena ingin mengetahui yang terbesar di antara mereka. Aneh memang, kalau mereka harus bertanya demikian. Kalau kita bayangkan, kalau pertanyaan seperti ini diungkapkan dalam dunia keseharian, barangkali masih sedikit wajar, namun para murid bertanya dalam konteks pelayanan dan Kerajaan Surga. Maka, Yesus menyampaikan perumpamaan tentang anak-anak kecil, yang menjadi ‘teladan’ untuk bisa masuk surga. Maksud Yesus, adalah ajakan untuk menyadari bahwa seperti anak kecil yang polos dan mudah tergantung pada orang lain, maka segala kehebatan manusia tidak ada gunanya tanpa peran Allah di sana. Manusia masih sangat tergantung pada Allah, seharusnya. Namun, banyak juga yang sombong pada kemampuan diri. Semoga kita menjadi rendah hati, kalau memang memiliki sesuatu yang ‘lebih’ dari orang lain, karena kita bukanlah siapa-siapa tanpa Allah di sana. 
Selamat pagi, selamat mensyukuri segala rahmat Tuhan hari ini. Berkah Dalem.