Dari Rm Djoko Prakosa Pr
Rektor Seminari Tinggi Kentungan Yogyakarta

Lukas 11: 5-13

1. DOA – ungkapan keterbatasan dan kebutuhan diri. Injil hari ini menceritakan tentang seseorang yang – disinggahi temannya – memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan temannya, dan dia tidak memiliki sumber daya untuk memenuhi kebutuhan itu. Itulah sebabnya ia datang kepada sahabatnya dan memohon: “Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya.” Kesadaran akan kebutuhan temannya dan sekaligus kesadaran akan kekurangan sumber daya sendiri untuk memenuhi kebutuhan itu telah mendorong orang itu mendatangi dan memohon kepada sahabat-nya di waktu malam.

Seringkali kita gagal berdoa karena kita menganggap sudah berkecukupan. Kenyataannya adalah kita miskin sumber daya fisik, mental, dan spiritual kecuali Tuhan dengan murah hati menyediakannya. Dalam setiap situasi, kita diajak menyadari kebutuhan kita yang mendesak dan meminta bantuan Tuhan.

2. DOA – ungkapkan kebutuhan orang lain. Kesadaran akan kebutuhan orang lain. Jika “orang” itu sendiri yang lapar, dia akan menunggu sampai pagi untuk pergi ke rumah sahabatnya. Tetapi kebutuhan itu bukan miliknya; itu adalah kebutuhan tamu tengah malam yang mengantarkan orang ini ke rumah sahabatnya pada jam yang tidak “wajar” ini: “seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya.”

Sementara kita harus pergi dengan berani kepada Tuhan (baca: berdoa) untuk menemukan bantuan untuk kebutuhan kita sendiri, kita diajak untuk menyadari bahwa tujuan utama doa bukanlah hanya untuk memenuhi kebutuhan kita pribadi, tetapi untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

3. DOA – ungkapan kedekatan dan kegigihan. Rupanya “orang” yang dimaksudkan dalam cerita Injil hari ini sudah memiliki persahabatan yang baik sebelum dia pergi ke rumah sahabatnya di tengah malam. Dia sudah mengenal sahabatnya itu. Mereka sudah memiliki hubungan pribadi, bahkan batasan waktu pun tidak dihiraukan: “Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.”

Tentu ada perbedaan antara “sahabat” yang sedang tertidur dan didatangi orang itu dengan Tuhan. Sahabat orang itu pada dasarnya tidak ingin diganggu, tetapi sahabat sejati kita, yaitu BAPA di sorga selalu merelakan diri untuk diganggu. Jika kita mengenal BAPA sebagai sahabat yang akrab, kita pun akan merasa lebih nyaman untuk meminta, mencari dan mengetuk pintu-Nya, bahkan di tengah malam ketika kita harus melakukannya! Ia menghargai kegigihan kita. Ia bahkan tidak tidur: “Gusti ora nate sare”.

Cerita pendukung permenungan:

Seorang ayah dengan putranya berusia empat tahun baru saja menjalani rutinitas sebelum tidur. Ia mendongeng, menjawab selusin pertanyaan, memberinya pelukan, dan mengucapkan selamat malam sebelum menyelinap keluar dari ruangan anaknya. Akhirnya, setelah hari yang panjang dan sulit, si bapak itu mempunyai waktu yang cukup santai. Dia duduk di kursi malasnya. Setelah hampir lima menit menikmati keheningan malam dia mendengar suara anaknya yang ada di kamar, “Ayah, dapatkah aku minum air?” Si ayah berkata, “Tidak, Nak, sekarang saatnya tidur,

tidurlah.” Si anak ini berseru lagi, bahkan lebih keras, “Ayah, dapatkah ku minum air?” “Nak, aku bilang tidur. Tidurlah!” Suasana kembali hening, tetapi tidak berapa lama kemudian si anak kembali meminta, “Ayah, tolong bisakah aku minum air?” Si ayah rupanya tahu bahwa perkataannya tidak membuat anaknya diam. Maka si ayah berkata, “Nak, jika aku mendengar satu suara lagi keluar dari kamarmu, aku akan memukulmu!” Akibatnya keheningan terasa mencekam selama sekitar satu menit. Tetapi kemudian dia mendengar lagi, “Ayah, nanti kalau ayah datang ke sini untuk memukulku, maukah ayah membawakan aku air minum?” Sekarang si ayah menyadari bahwa putranya benar-benar haus! Mengapa? Karena dia berani dalam permintaannya.

Kita semua memiliki teman yang mengunjungi kita di tengah malam. Kita mungkin tidak memiliki apa yang mereka butuhkan. Tetapi kita memiliki Sahabat dan Bapa di surga yang memiliki banyak untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dia mengundang kita untuk mengganggu-Nya kapan saja dan terus mengetuk sampai kita memperoleh apa yang dibutuhkan teman-teman kita. Dan yang jauh lebih penting adalah “Ia akan memberikan Roh Kudus kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya.”.