Sabtu, 19 Oktober 2019
Luk 12:8-12
Salah satu karakter masyarakat zaman ini adalah bersikap dingin, cuek. Perlu diakui bahwa media komunikasi mengalami kemajuan yang begitu pesat. Kemudahan dalam berkomunikasi seolah tidak terhalang dengan jarak geografis. Namun ironisnya dengan segala kemudahan itu, kualitas relasi antar pribadi menjadi mendangkal. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi hidup kita dalam membangun relasi bersama Allah. KehadiranNya yang tersembunyi seolah tidak tertangkap oleh hati kita yang diliputi kesibukan, kekawatiran, ketakutan, kesepian. Tidaklah mustahil, hidup kita mengalami kekeringan dan kehampaan makna.
Injil hari ini ingin meyakinkan kita bahwa Roh Kudus senantiasa menyertai kita dan memberikan pertolongan yang kita butuhkan. Namun tidak jarang, hati kita menjadi hambar dan tawar ketika hidup kita diliputi ketakutan, kekawatiran dan keegoisan. Kehendak dan keinginan kita seolah memenuhi diri kita dan tidak ada lagi ruang kosong bagi Allah untuk berperan dan terlibat. Dalam arti inilah, kita menolak pertolongan Allah. Dosa melawan Roh Kudus dapat terjadi apabila kita berputus asa, hidup yang dipenuhi ketakutan, kekawatiran, kesombongan. Dalam bahasa Kitab Suci, “menolak atau menyangkal seseorang” berarti menganggap orang lain tidak ada. Oleh karena itu kita diundang untuk membangun sikap hormat, sujud sembah kepada Allah yang hadir dalam kehidupan kita.
Allah yang berbelas kasih tanpa batas, senantiasa menghendaki kita selamat. Namun yang sering terjadi, kita menolak uluran tangan kasihNya. Dalam Injil hari ini, kita diundang untuk membangun sikap tobat dan kembali kepadaNya. Dasar iman dan harapan kita adalah Yesus Kristus yang telah menyerahkan hidupNya demi keselamatan kita. Allah sungguh mencintai manusia dengan menyerahkan PuteraNya yang tunggal agar kita mempunyai hidup kekal (Yoh 3:16). Pertanyaan refleksi bagi kita: apakah harapan dan iman itu, kita letakkan dalam diri Yesus yang wafat di atas kayu salib dan bangkit dari mati untuk menebus dosa umat manusia?
“Tuhan Yesus, Engkaulah harapan dan iman kami. Semoga kami tidak pernah surut untuk berharap dan beriman akan kasih setiaMu. Biarkanlah api Roh KudusMu membakar hati kami agar kami pun mampu mencintaMu dan mengasihi sesama kami”