Senin Pekan Biasa XXI, 21 Oktober 2019

Bacaan: Roma 4: 20-25; Lukas 12: 13-21

Ternyata kehadiran Yesus dalam kehidupan bangsa Israel, tidak hanya dicari untuk melakukan mujijat, namun juga sampai hal paling duniawi pun, Yesus dicari. Yesus diminta untuk mengurusi pembagian harta warisan antar saudara. Di satu sisi mengherankan, namun di lain sisi menjadi sarana yang baik bagi Yesus untuk membuka mata mereka akan tujuan utama perjalanan kehidupan manusia di dunia ini. Jelas harta kekayaan diperlukan, namun bagaimana perannya di dalam kehidupan kita?

Melalui perumpamaan yang disampaikan Yesus, Ia mau menunjukkan letaknya harta kekayaan atau barang dunia ini bagi kehidupan kita. Apakah harta itu yang menjadi tujuan hidup kita dan yang membantu kita memasuki keselamatan kekal? Yang kita lihat dalam realita kehidupan ini, seolah harta kekayaan menjadi bagian utama dan bahkan yang selalu dicari oleh banyak orang. Karena harta, persaudaraan, persahabatan bisa rusak bahkan nyawa sesama pun rela dikorbankan. Sangat jelas bahwa harta kekayaan adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan kehidupan manusia, yakni kebahagiaan abadi di Rumah Bapa. Maka orang kaya yang mempunyai harta melimpah itu ternyata tidak kaya di hadapan Tuhan, karena hidupnya tidak terarah kepada Tuhan melainkan kepada kekayaan duniawi.

Maka perlulah kita waspada agar jangan sampai hidup kita terlalu terarah kepada harta dan kekayan dunia ini, karena kita akan terikat di sana. Sebaliknya, kita harus mengumpulkan harta surgawi karena itulah yang akan kita bawa ke dalam kehidupan kekal. Harta surgawi yang kita kumpulkan akan mengarahakan hati kita kepada Tuhan dan menjadikan kita pribadi yang lepas bebas dari ikatan duniawi serta hidup bahagia bersama sesama kita. Harta surgawai itu adalah doa, merenungkan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci, merayakan Ekaristi dan sakramen lainnya serta berbagi kasih dengan sesama.