Rabu Pekan Biasa XXX, 30 Oktober 2019

Bacaan 1: Rm.8:26-30; Luk.13:22-30

Dunia modern dengan pesatnya teknologi membuat hidup manusia semakin mudah dalam banyak hal. Manusia semakin dimanjakan dengan berbagai fasilitas otomatik sehingga ketika berhadapan dengan dunia manual, orang malah gagap untuk melakukannya. Perkembangan teknologi rupanya tidak hanya membawa efek positf tetapi juga membuat manusia tidak memaksimalkan dirinya. Banyak orang akhirnya terjebak dalam lingkungannya sendiri kendati mau bersosialisai dengan yang lain. Orang bisa memaksimalkan waktu yang dipunyainya akan tetapi waktu untuk bersama sepertinya menjadi problem yang tidak kecil.

Rupanya budaya serba instant atau serba cepat dan tersedia ini masuk juga dalam dunia rohani. Banyak orang lupa bahwa dalam relasi dengan Tuhan tidak ada yang instant. Butuh sebuah usaha dan ketekunan yang terus menerus; butuh waktu hening terutama hati yang tidak dirasuki oleh kepentingan duniawi. Tuhan tidak bisa dipaksa untuk masuk dalam kategori keinginan pribadi kita. Karena semua serba instant dalam hidup maka Tuhan juga diminta untuk instant dalam mengabulkan apa yang kita minta. Sayangnya, hal itu tidak akan terjadi dalam wilayah hidup rohani.

Dalam bacaan injil hari ini, Yesus berkata: “Berusahalah masuk melalui pintu yang sempit itu! Sebab Aku berkata kepadamu, ‘banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Yesus mengajak kita untuk terus bertekun, tidak bermalas-malasan apalagi merasa keenakan dalam hidup ini dan lupa akan hidup kekal. Jangan seperti orang Israel yang merasa dipilih Tuhan lalu merasa bangga tanpa ada usaha lagi untuk hidup sebagai bangsa pilihan. Yesus menawarka Kerajaan Allah untuk mereka tetapi pewartaan itu tidak diterima, akhirnya pewartaan itu disampaikan ke bangsa-bangsa lain.

Dalam pembaptisan kita menjadi anggota umat Allah, menjadi ahli waris kerajaan Allah, akan tetapi jika kita tidak berusaha dan bertekun untuk menumbuhkannya dalam hidup kita, kita tidak bedanya seperti orang-orang dalam injil hari ini, ketika tuan rumah sudah menutup pintu maka kita akan berada diluar. Banyak kemudahan yang ditawarkan oleh dunia modern yang sesungguhnya membantu kita untuk semakin dekat dengan Tuhan, akan tetapi kalau kita tidak waspada maka kita bisa terjebak dalam meghidupi iman yang instant. Saat kita butuh Tuhan, kita memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang kita maui. Saat kita merasa diri kita sudah mampu melakukan segala sesuatu, Tuhan tidak punya tempat sedikit pun dalam hidup kita.

“Berusahalah memasuki pintu yang sempit itu” mengajak kita untuk: mawas diri sambil terus bertekun untuk menghidupi nilai-nilai yang telah diwariskan oleh Yesus kepada kita; berusaha tidak terjebak dengan tawaran kehebatan dunia modern sampai kita lupa bahwa kita adalah ahli waris nilai-nilai yang menghidupkan; terus berusaha mempunyai waktu dengan Tuhan kendati berada dalam kesibukan atau kebisingan hidup sehari-hari. Marilah kita mencari sukacita, kebahagiaan yang telah disiapkan bagi kita, bukan ratap dan kertak gigi.