Kamis Pekan Biasa XXX, 31Oktober 2019
Bacaan 1: Rm.8:31-39; Luk.13:31-35
Mengikuti dunia perpolitikan di Indonesia sering kali kita temukan adanya ancaman-ancaman dari satu kubu ke kubu yang lain baik melalui kata-kata maupun pun tindakan/aksi. Ancaman-ancaman itu seringkali juga tidak mendasar atau tidak mempunyai bukti yang valid akan tetapi karena ada gerakan massa yang besar maka seolah-olah ancaman-ancaman itu punya kekuatan yang besar. Sebaliknya, ancaman-ancaman bisa bermakna positif manakala ancaman membuat orang untuk refleksi diri dan menyadari akan perbuatannya yang keliru dan perlu diperbaiki.
Permintaan orang Farisi kepada Yesus untuk meninggalkan Yerusalem karena hendak di bunuh oleh Herodes bisa mempunyai dua arti. Permintaan tersebut dilakukan karena Yesus bisa menjadi ancaman bagi Herodes dan orang-orang Farisi. Perbuatan baik yang dilakukan Yesus bukan dilihat sebagai sesuatu yang positip tetapi sebaliknya bisa menjadi ancamanbagi mereka. Disisi yang lain orang Farisi konsern dengan Yesus, jangan sampai di bunuh oleh Herodes.
Terlepas dari dua perspektif ini, hal menarik yang Yesus katakan dalam injil hari ini adalah Perbuatan baik tetap dilakukan apapun konsekuensinya. “Pergilah dan katakanlah kepada serigala itu: Aku mengusir dan menyembuhkan orang pada hari ini dan besok, dan pada hari ketiga Aku selesai.” Yesus mau menegaskan bahwa tugas perutusanNya harus dilakukan apapun resikonya. Resikonya pun sudah di ketahui bahwa Dia akan dibunuh tetapi pada hari ketiga Dia akan bangkit.
Tugas perutusan Yesus jelas untuk mengumpulkan semua orang dibawah naungan kasihNya. Akan tetapi kehendak baik itu tidak bisa diterima oleh para penguasa dan orang-orang Farisi karena mengganggu kepentingan atau kerakusan mereka. Mereka melihat Yesus menjadi ancaman yang perlu dihabisi. Kerinduan Yesus tetap menjadi kerinduan karena Dia harus menerima salib sampai wafat di kayu salib. “Yerusalem, Yerusalem…berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu…tetapi kamu tidak mau.”
Lewat bacaan injil ini kita boleh belajar dari Yesus bahwa kehendak dan perbuatan baik tidaklah cukup untuk membuat orang lain melihat apa yang kita lakukan. Kita bisa menjadi ancaman bagi orang lain ketika kita berusaha melakukan kebaikan kepada sesama. Kerinduan hakiki kita sebagai manusia adalah mau melakukan hal yang baik bagi orang lain, membantu orang lain untuk menjadi lebih baik. Akan tetapi hal ini tidak mudah bagi orang lain yang mempunyai kepentingan kelompok atau golongan yang merasa terganggu. Satu hal yang bisa kita belajar dari Yesus adalah jangan takut untuk melakukan perbuatan baik bagi orang lain. Ancaman dari orang yang tidak suka dengan kita jangan sampai membuat kita kerdil dan mandul dalam usaha membantu orang lain untuk kehidupan mereka yang lebih baik.
Perbuatan baik tidak selalu baik bagi mereka yang berbeda pandangan dengan kita. Beda pandangan bukan menjadi penghalang bagi kita untuk melakukan perbuatan baik.
Tuhan meberkati kita semua