Sabtu Pekan Biasa XXX, 2 November 2019

Bacaan I: Makabe 12:43-45; Kor 15:12-34; Yoh 6:37-40)

Menjadi sehati sepikir dengan Yesus

Perjalanan hidup setiap orang di dunia ini pada suatu ketika akan berhenti. Semua orang tanpa terkecuali akan sampai pada yang namanya kematian. Kematian bagi orang yang tidak percaya Tuhan adah kesia-siaan. Bagi yang mengimani Tuhan kematian adalah jalan untuk bertemu dengan Tuhan dari wajah ke wajah. Dan kematian bagi orang Katolik bukanlah akhir dari segala-galanya, sebaliknya merupakan sebuah peralihan dari hidup yang fana menuju hidui yang abadi.

Hari ini bersama seluruh gereja kita mengenang semua arwah orang beriman, secara khusus kita mendoakan keluarga kita (orang tua, saudara/i, para leluhur), teman, kenalan, saudara-saudara kita yang dilupakan oleh keluarga mereka yang telah menghadap Tuhan. Bagi keluarga dan saudara-saudara kita kita yang masih di api penyucian, doa-doa dan perayaan ekaristi sangat penting bagi mereka karena dengan bantuan doa-doa kita mereka semua boeh diperkenan oleh Tuhan masuk dalam kemuliaan bersama dengan para Kudus di Surga.

Injil hari ini ditegaskan bahwa Allah sendiri menghendaki agar semua orang yang percaya atau beriman kepadaNya dibangkitkan pada akhir zaman. Yesus sendiri menjamin bahwa mereka yang telah diberikan Bapa kepadaNya tidak ada yang hilang. Sebuah harapan yang meneguhkan manakala kita Imani Yesus. Satu syarat untuk beroleh hidup kekal dan dibangkitkan pada akhir zaman adalah melihat Anak dan percaya kepadaNya. Dengan kata lain Iman kita yang aktif dan berbuah dalam mengikuti Yesus membawa kita kepada keselamatan yang dijanjikan Tuhan.

Iman seperti apa yang harus kita tumbuhkan? Bagi kita yang masih berziarah di dunia ini, kita masih mempunyai kesempatan untuk bertumbuh dalam iman akan Yesus. Beriman kepada Yesus berarti berusaha untuk mempunyai hati dan pikiran seperti Yesus. Kalau dunia modern sering membuat kita mengikuti gaya hidupnya, kenapa gaya hidup Yesus tidak bisa menjadi gaya hidup kita? Iman kita harus bertumbuh, berkembang dan berbuah, dan buahnya harus dinikmati oleh orang lain. Buah iman adalah kasih, kerendahan hati, mau memaafkan/mengampuni, sabar dsb. harus menjadi pola hidup kita. Kita percaya kalau gaya atau cara berpikir kita seperti Yesus, kita tidak perlu cemas dan takut untuk menghadapi kematian. Kematian malah dilihat sebagai kesempatan yang diberikan Tuhan untuk bertemu dengan DIA secara nyata.

Semoga dalam perayaan pengenangan arwah orang beriman membantu kita semua untuk menggunakan setiap kesempatan sebagai sesuatu peluang dalam berbuat baik dan juga peluang untuk mempraktekan iman kita dengan benar dan menghasilkan banyak buah yang dapat menyelamatka orang lain. Mari kita buka diri kita kepada Allah Roh Kudus agar kita kita dapat dituntunNya dan melakukan segalanya tidak dengan kekuatan sendiri tetapi kekuatan yang berasal dari Tuhan sendiri.