Hari Selasa, Pekan Biasa XXXI

Injil Luk 14:15-24

“Perumpamaan Pesta Perjamuan” yang Yesus kisahkan dalam Injil hari ini (Luk 14:15-24) pasti mengejutkan para pendengarnya. Coba bayangkan jika seorang raja mengundang teman-temannya ke perjamuan, mengapa para tamu menolak undangannya? Perjamuan yang hebat akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk dipersiapkan. Dan undangan pribadi akan dikirim jauh-jauh hari kepada para tamu, sehingga mereka akan memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan pesta yang akan datang. Betapa menjadi penghinaan bagi sang raja karena tamu undangan menolak untuk datang dan merayakan pesta tersebut! Kita tahu bahwa para undangan menolak undangan sang raja karena mereka menaruh kepentingan mereka sendiri di atas permintaan raja.

Akhirnya, karena yang diundang menolak untuk datang, maka undangan diberikan kepada pihak lain. Tetapi, itu tidak berarti bahwa orang yang menerima undangan bisa seenaknya saja berperilaku dalam perjamuan. Ada aturan main yang pantas diperhatikan. Yesus memperingatkan hal itu dengan berkata, “Sebab Aku berkata kepadamu, Tidak ada seorangpun dari para undangan itu akan menikmati jamuan-Ku.” 

Saudari-saudaraku, tawaran kasih Allah mengundang orang beriman untuk ikut dalam perjamuan. Dibutuhkan kesanggupan, kesediaan secara pribadi, “ya” yang sejati untuk ikut serta dalam perjamuan. Kesanggupan seperti itu merupakan tantangan bagi setiap orang yang mau serius dengan imannya. Dietrich Bonhoeffer, seorang Pastor Jerman yang mati karena imannya di bawah penganiayaan Nazi terhadap orang-orang Yahudi dan Kristen, membandingkan anugerah yang murah dan anugerah yang mahal: “Anugerah yang murah adalah rahmat yang kita berikan pada diri kita sendiri … khotbah pengampunan tanpa membutuhkan pertobatan … kasih karunia tanpa pemuridan, kasih karunia tanpa salib… Kasih karunia yang mahal adalah Injil yang harus dicari berulang kali, karunia yang harus diminta, pintu di mana seseorang harus mengetuk. Anugerah seperti itu mahal karena memanggil kita untuk mengikuti Yesus Kristus. Itu mahal karena untuk itu mengorbankan nyawanya, dan itu adalah anugerah karena memberi manusia satu-satunya kehidupan yang benar.”

Dengan demikian, perumpamaan ini berisi peringatan baik bagi mereka yang menolak ataupun juga yang mendekati pesta perjamuan dengan tidak layak. Rahmat adalah hadiah gratis, tetapi juga merupakan tanggung jawab yang luar biasa. Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita masing-masing untuk mendekatkan kita kepada dirinya sendiri dan Dia mengundang kita masing-masing ke ‘perjamuannya’ agar kita dapat berbagi lebih dalam sukacita-Nya. Apakah kita siap untuk menjawab “ya” terhadap undangan Tuhan Sang Empunya pesta perjamuan? Apakah kita sudah mempersiapkan diri sehingga bisa layak untuk berpesta di meja perjamuan Tuhan?