Lukas 21: 1-4
Pastor Yori Sodanango, SVD
Luk 21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
Luk 21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
Luk 21:3 Lalu Ia berkata: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
Luk 21:4Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.
Sumber http://www.imankatolik.or.id/
Injil hari ini mengisahkan bagaimana Yesus memperhatikan secara seksama sikap orang dalam memberikan kolekte dalam bait Allah. Sesudah berdebat secara sengit dengan beberapa kaum Sandherin dan orang-orang Saduki, Yesus kemungkinan ingin berisitirahat sejenak dalam bait Allah. Tentu saja, ada banyak orang yang datang ke bait Allah dan setiap sikap pribadi tidak luput dari perhatian Yesus. Tak lama berselang datanglah si janda miskin yang mungkin tak merasa layak untuk memberikan sedikit dari yang dia miliki. Yesus memperhatikan sedemikian anggun dan sederhanaya sang janda memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan. Dua peser yang pada zaman Yesus bahkan sampai sekarang pun tak ada artinya. Dua peser yang mungkin tidak cukup untuk membeli satu porsi makan siang yang paling sederhana sekalipun.
Namun, yang menarik dan menyentuh dari cerita ini adalah bahwa Yesus memuji sikap dari si janda miskin yang memberikan denga murah hati segala yang dia miliki. Dia memberi tanpa berpikir panjang. Dia memberi dengan sepenuh hati. Dalam bahasa Inggris, satu peser adalah “Lepton” yang berarti a thin one, sebuah koin yang sedemikian tipis. Kalau kita pernah melihat coin satu sen dollar Amerika, mungkin saja setipis itu. Begitu kecil yang dia beri, namun bagi Yesus pemberiannya melampaui pemberian yang paling mahal sekalipun. Mengapa? Karena diberi dari kekurangan, dengan sepenuh hati, dengan suka hati.
Pemberian yang diberi tidak dengan suka hati, dengan cemberut, dengan menggerutu bukanlah sebuah pemberian yang tulus. Pemberian yang diberi dengan mengharapkan sebuah pujian atau untuk memperoleh prestise tertentu, bukanlah pemberian yang terbaik. Pemberian yang dibuat hanya supaya dilihat, diakui dan dianggap orang kaya, a gift for a self-display tentu bukanlah hal yang cukup terpuji. Bagi Yesus, sebuah pemberian yang sungguh berharga mestilah sebuah pemberian yang intensinya lahir dari kedalaman hati, pemberian yang dibuat dengan hati yang penuh cinta dan belas kasih (A loving and compassionate heart), sebuah pemberian yang dibuat karena sebuah keinginan yang ikhlas dan kerinduan untuk membantu yang penuh cinta.
Pemberian si janda miskin dalam kisah injil kecil artinya secara ekonomis tetapi besar maknanya secara spiritual. Karena dia memberi sampai habis-habisan, tanpa pamrih. Semua diberi demi Tuhan. Dalam hatinya dia hakul yakin dan percaya, aku sudah menerima secara cuma-cuma dan penuh kasih dari Allah, sekarang giliranku untuk memberi secara cuma-cuma pula kepada Rumah Allah. Ketika kita memberi, sungguhkah hati kita mau memberi secara total dan tanpa pamrih? Amin.