Mrk 6 :7-13
“Kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka” (Mrk 6:11). Penggalan ayat dari perikop Injil hari ini kadang kita pahami sebagai sikap kecewa yang ditunjukkan oleh Yesus karena tidak semua rasul utusanNya diterima baik di suatu tempat. Namun kalau direnungkan lebih mendalam, kita akan memahami pesan Yesus ini secara berbeda. Pesan Yesus ini justru menunjukkan bahwa Allah senantiasa memberikan kesempatan kepada orang yang menolak Kabar Sukacita yang dibawa oleh Para Rasul. Ungkapan “Kebaskanlah debu…” ingin mengatakan bahwa tempat tersebut belum pernah dikunjungi oleh Para Rasul atau belum pernah menerima pewartaan Kabar Gembira. Sehingga sangat terbuka untuk kesempatan lain. Yesus ingin menegaskan sikap para rasul hendaknya juga penuh belas kasih dan penuh kesabaran apabila menghadapi suatu penolakan.
Menjadi rasul adalah panggilan semua orang yang dibaptis. Konsili Vatikan II, khususnya dalam dekrit Apostolicam Actuositatem (tentang Kerasulan Kaum Awam) menggarisbawahi bahwa panggilan seorang kristiani adalah panggilan menjadi seorang rasul. Kita dipanggil menjadi rasul yang berbelas kasih. Menjadi saksi Kristus berarti mempraktekkan apa yang Yesus ajarkan. Menyembuhkan orang sakit dan menaklukkan roh-roh jahat bukanlah dimengerti secara harafiah melainkan dipahami sebagai suatu hakikat tugas perutusan seorang beriman adalah hadir bersama orang-orang yang mengalami kesedihan dan penderitaan. Allah menyertai kita sebagai rasul dengan mengutus Roh Kudus. Dunia saat ini, banyak orang kehilangan harapan dan sukacita, untuk itulah kita diutus hadir bersama mereka yang menderita dan bersengsara. Menjadi rasul berarti menjadi saksi cinta kasih Allah yang merangkul semua orang dan bersahabat dengan semua golongan.
“Tuhan Yesus, buatlah kami saluran Kasih Allah yang menyembuhkan dan memulihkan mereka yang sedang bersedih hati dan bersengsara. Bebaskanlah kami dari kelekatan-kelekatan duniawi yang menjauhkan kami daripada-Mu. Semoga kami mampu menjadi saksi sukacita Injili dalam kata dan perbuatan kami”