Pekan Biasa VI, 20 Februari 2020
Yak 2:1-9: Mrk 8:27-33
Untuk menjadi murid yang baik, orang tidak hanya terbatas mengetahui apa yang diajarkan oleh gurunya saja, akan tetapi murid harus menyelami siapa sesungguhnya gurunya itu. Dengan menyelami dan memahami siapa gurunya maka murid akan sungguh mengerti apa pun yang diajarkan oleh gurunya. Hal ini bisa kita lihat dengan jelas dalam berbagai perguruan informal yang ada disekitar kita. Sang guru bisa saja menjadi dewa yang paling benar. Murid-murid sungguh menghidupi semangat gurunya dalam setiap tindakan dan perbuatannya.
Hal yang sama kita dengar dalam bacaan injil hari ini. Setelah beberapa lama hidup bersama murid-muridNya, Yesus rupanya penasaran untuk mengetahui sejauh mana para muridNya mengenal Dia. Yesus pertama-tama bertanya kepada murid-muridnya, ”kata orang, siapakah Aku ini? jawab mereka: Yohanes Pembaptis, Elia, dan seorang dari para nabi. Untuk lebih yakin lagi Yesus bertanya kepada mereka, kata kamu, Siapa aku ini? Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias!” Jawabannya Petrus menjadi kesaksian bahwa dia betul-betul menyelami dan memahami Yesus dengan baik. Akan tetapi pemahaman Petrus terhadap Yesus terbatas pada pengalaman pribadinya, yang sangat mengharapkan Yesus menjadi sang pembebas sebagaimana yang dipikirkan dan diharapkan oleh orang Israel pada umumnya. Dia rupanya tidak siap untuk menerima realitas Mesias yang dia yakini itu berbeda dengan yang dikehendaki oleh Allah. Hal itu terungkap ketika Yesus menjelaskan bahwa Mesias yang datang itu harus mengalami penderitaan, ditolak, dibunuh oleh ahli-ahli taurat dan imam-imam kepala dan pada hari ketiga bangkit dari alam maut, Petrus mempunyai reaksi yang keras dan menegur Yesus. Dia tidak terima apa yang dikatakan Yesus. Yesus selanjutnya memarahi Petrus dan berkata ”engkau bukan memikirkan yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.
Dalam banyak hal kita bisa berkaca pada Petrus yang selalu mempunyai pemahaman sendiri, pemahaman manusiawi. Kita bisa terjebak membuat kerangkeng untuk Tuhan. Tuhan yang kita pikirkan dan Imani hanya sesuai dengan pemahaman manusia. Ruang dan waktu Tuhan kita yang mengontrol. Sikap seperti ini sering membuat kita tidak terima apa yang terjadi diluar pemahaman iman kita. Yesus dalam bacaan hari mengajak kita untuk mulai terbuka melihat segala sesuatu dari kacamata Tuhan. Untuk bisa melihat segala sesuatu dengan kacamata Tuhan kita harus terus berguru dan berguru dari Yesus sendiri. Masuk dalam misteri kasih ilahiNya dan berani menyelami semangat dan rohNya. Semangat dan rohNya harus menjadi penggerak bagi kita dalam seluruh pewartaan dan kesaksian kita.