Pekan Biasa VI, 22 Februari 2020
Pesta Takhta Santo Petrus
1 Ptr 5:1-4; Mat.16:13-19
Merayakan Pesta Tahta Santo Petrus, sesungguhnya kita diajak secara khusus menghormati Petrus sebagai Gembala Gereja. Kita diajak untuk melihat kualitas-kualitas hidup santo Petrus yang diangkat dan dipilih oleh Yesus sebagai seorang pemimpin diantara para muridnya. Kepribadian yang apa adanya, ceplas ceplos yang kesannya tidak berpikir sebelum melakukan segala sesuatu, tetapi justru terbuka dan berani mengakui kelemahannya, bertobat dan setia inilah yang bisa menjadi contoh yang dapat diikuti. Satu hal yang sangat menyolok dalam kepribadiannya adalah keras dan punya pendirian yang kokoh. Mau memberikan dirinya untuk gurunya dan rela menjadi pahlawan. Akan tetapi disaat yang bersamaan dia juga cepat mencari kenyamanan bahkan sampai berani menyangkal demi dirinya. Relasinya yang intim dengan Yesus menjadi kunci utama bagi Petrus. Hal ini terungkap dalam jawabannya kepada Yesus ketika Yesus bertanya, “Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?” Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Dengan relasi yang mendalam ini membuat Petrus sungguh mengenal Yesus bukan seperti kata orang lain Melaikna Dia adalah Anak Allah yang hidup.
Dalam pesta hari ini, kita semua diajak melihat Petrus sebagai model gembala yang tidak sempurna tetapi ada keterbukaan untuk berubah dan berani belajar dari kesalahan, mau bertobat dan tidak mau menang sendiri.
Yesus tentu menjadi model utama gembala yang sempurna yang tidak tergantikan oleh siapa pun. Kita semua diajak untuk menyerupai Yesus akan tetapi untuk bisa menjadi sempurn seperti Yesus butuh ketekunan extra. Kalau toh kita dalam skala kecil lewat tugas perutusan belum mampu menjadikan Yesus sebagai model, santo Petrus bisa menjadi model gembala yang boleh kita pelajari. Menjadi seorang gembala atau pemimpin, kita butuh pengorbanan, kesetiaan, berani salah dan ada keterbukaan untuk mau menerima kesalahan dan mau memperbaikinya. Kriteria utama lainnya adalah adanya keintiman relasi dengan Yesus sebagai satu-satunya anak Allah yang hidup. Sebab dari relasi inilah yang membuat kita mempunyai kekuatan spiritual yang nantinya menjadikan daya bagi orang yang kita gembalakan. Akhirnya menjadi gembala yang baik sesungguhnya adalah mengantar orang lain mengalami kedekatan relasi dengan Yesus; memberika daya dan kekuatan bagi orang lain mengenal Yesus dan danjadikan Yesus sumber sejati dalam kehidupannya.
Marilah kita membuka diri kita agar kita boleh menjadi gembala-embala kecil mengantar banyak jiwa ke air yang sejuk dan padang rumput yang hijau. Menjadi gembala kecil mengantar orang pada keselamatan sejati dan menjadikan Yesus sebagai sumber segalanya dalam hidup ini.