Selasa, 10 November 2020
Hari Raya Peringatan Santo Leo Agung

Titus 2:1-8, 11-14
Mazmur 37
Lukas 17:7-10

Kontribusi terbesar dan paling terkenal dari Paus Leo pada Gereja adalah suratnya (sering disebut Leo’s Tome) yang dikirim kepada para uskup yang bertemu dalam Konsili Kalsedon tahun 451. Konsili Kalsedon ini dianggap sebagai konsili terakhir dalam rangkaian dengan tiga konsili lainnya (Nikea tahun 325, Konstantinopel 381, dan Efesus 431) yang meletakkan doktrin dasar Gereja setelah melalui pertikaian yang sangat panjang dan menghadapi bidaah-bidaah tentang bagaimana cara menjelaskan Allah Tritunggal.

Pada masa itu, kekuasaan Paus tidak sekuat seperti beberapa abad terakhir. Karena kedudukannya di Roma, di mana St. Petrus wafat sebagai martir, Paus sebagai Uskup Roma memang dianggap sebagai penerus St. Petrus dan dijuluki sebagai primus inter pares (yang pertama dalam kelompok). Kedudukannya adalah penting, tetapi kekuasaannya tidak melebihi uskup-uskup yang lain. Di samping itu, kekuasaan kekaisaran Romawi Barat, di mana Roma adalah ibukotanya, mulai pudar dan Konstantinopel di Timur menjadi lebih penting. Akibatnya, Uskup Konstantinopel semakin berpengaruh, terutama terhadap uskup-uskup di Timur lainnya.

Dalam situasi inilah Paus Leo mengirimkan surat yang menegaskan kekuasaannya untuk menetapkan ajaran gereja bahwa Yesus Kristus mempunyai dua kodrat, ilahi dan manusiawi, yang tidak terpisahkan, tidak membaur, tidak terbagi, dan tidak berubah. Para uskup menyambut surat Leo tersebut dengan sepenuhnya. Ia sendiri tidak bisa datang ke Kalsedon karena Roma sedang dihadang serangan Atila orang Hun. Tetapi suratnya ini, dan penerimaanya di Kalsedon, menjadi titik awal meningkatnya kekuasaan dan pengaruh Uskup Roma dalam sejarah Gereja.