Rm Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 22, 2025
Posted in Podcast
Rm Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 21, 2025
Posted in Podcast
Rm Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 20, 2025
Posted in renungan
(Ams. 8:4-7; 1Tim. 2:1-8; Luk. 16:1-13)
Rm. Yohanes Endi, Pr.
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, minggu lalu kita diajak merenungkan kasih
dan pengampunan Allah yang tanpa batas. Hari ini, Sabda Tuhan mengarahkan
perhatian kita pada satu pilihan yang sangat mendasar: siapa yang sungguh kita
sembah dan abdikan hidup kita: Allah atau mamon? Yesus berbicara melalui kisah
bendahara yang tidak jujur, yang bersiasat dengan mamon untuk menyelamatkan
dirinya.
Kata mamon berarti uang atau harta. Kita semua tahu, berbicara soal uang di dalam
Gereja sering terasa sensitif. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata: uang adalah
bagian dari kehidupan kita, bahkan juga kehidupan menggereja. Pengalaman sejarah
menunjukkan, uang pernah menjadi sumber kegelapan dalam perjalanan Gereja. Kita
ingat peristiwa awal abad ke-16, ketika penyalahgunaan indulgensi yang berhubungan
dengan uang memicu perpecahan besar. Gereja belajar dari pengalaman itu untuk
selalu berhati-hati. Sejarah memang guru yang baik: ia mengingatkan kita bahwa bila
uang disalahgunakan, maka yang suci pun bisa ternodai.
Saudara-saudariku terkasih, kenyataan yang sama kita jumpai dalam hidup seharihari. Bukankah sering kali uang mampu memisahkan orang yang dulunya sangat
dekat: sahabat, saudara, bahkan orang tua dan anak? Ada pepatah sinis yang kita
kenal: “Ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang.” Bahkan istilah UUD,
yang sejatinya berarti Undang-Undang Dasar, sering dipelesetkan menjadi UjungUjungnya Duit. Semua ini menggambarkan betapa uang, jika menguasai hati, dapat
membuat manusia buta pada persaudaraan dan bahkan melupakan Allah. Yesus
berkata dengan tegas: “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Luk.
12:34).
Namun pertanyaannya: mungkinkah kita hidup tanpa uang? Tidak mungkin. Kita
semua membutuhkannya untuk kebutuhan dasar hidup, bahkan pelayanan Gereja
pun membutuhkan uang: transportasi, makan, sarana, dan banyak hal lain. Karena itu
Yesus memberi penekanan bukan pada soal memiliki uang atau tidak, melainkan pada
sikap hati: “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon sekaligus.”
Artinya, yang dipersoalkan bukan apakah kita memiliki uang, melainkan siapa yang
menjadi tuan atas hidup kita, Allah atau uang?
Injil hari ini menampilkan kisah bendahara yang ketahuan menyalahgunakan harta
tuannya. Ia dipecat, namun sebelum benar-benar jatuh, ia menggunakan
kecerdikannya. Ia mengurangi utang para debitur tuannya dengan harapan, saat ia
diusir, orang-orang itu akan menolong dia. Menariknya, kecerdikannya ini dipuji oleh
tuannya. Bukan karena ia curang, melainkan karena ia pandai memanfaatkan
kesempatan.
Yesus lalu berpesan agar anak-anak terang, yaitu kita, juga belajar cerdik, namun
bukan untuk keuntungan diri semata, melainkan untuk memuliakan Allah. Uang bukan
untuk memperbudak kita, melainkan untuk kita kelola dengan bijaksana. Kita harus
mampu menjadikannya sarana untuk berbuat baik, untuk membangun persahabatan,
terutama dengan mereka yang kecil, miskin, dan terlupakan.
Ingatlah kata Yesus: “Apa pun yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-Ku
yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40). Maka setiap
rupiah yang kita gunakan untuk menolong orang lapar, orang sakit, orang miskin, atau
anak yang membutuhkan pendidikan, sesungguhnya kita gunakan untuk membangun
persahabatan dengan Allah sendiri.
Saudara-saudariku terkasih, Yesus tidak melarang kita memiliki uang, tetapi Ia
mengingatkan: jangan sampai uang memiliki kita. Jadikanlah uang sebagai sarana,
bukan tujuan. Jadikan ia sebagai titipan yang harus dipertanggungjawabkan, bukan
sebagai tuan yang memperbudak.
Mari kita menutup renungan ini dengan sebuah doa sederhana yang bisa kita ulang
setiap hari:
“Tuhan, uang yang Engkau percayakan kepadaku hanyalah titipan sementara. Jangan
biarkan aku diperbudak olehnya, tetapi tuntunlah aku agar menggunakannya dengan
bijaksana, terutama untuk menolong sesamaku yang membutuhkan.”
Semoga doa ini menanamkan dalam hati kita sikap yang benar: bahwa hidup kita tidak
dikuasai oleh uang, melainkan oleh kasih. Dan bila kasih yang menguasai hidup kita,
maka damai dan keselamatan akan selalu hadir dalam keluarga dan komunitas kita.
Tuhan memberkati kita semua. Amin.
Posted by admin on September 20, 2025
Posted in Podcast
Rm Gunawan Wibisono O.Carm
Posted by admin on September 19, 2025
Posted in Podcast
Rm Gunawan Wibisono O.Carm