Header image alt text

indonesian catholic online evangelization

Mereka melayani dan memberi kepadaNya

Posted by admin on September 18, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Makin banyak menerima makin banyak memberi

Posted by admin on September 17, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

RENUNGAN 18 SEPTEMBER 2025

Posted by admin on September 17, 2025
Posted in renungan 

LUKAS 7:36-50

Setiap orang tidak luput dari kesalahan, entah karena factor dari dirinya sendiri atau dari factor ekternal. Tidak jarang orang terseret dalam arus dosa sosial yang dilakukan oleh masyakarat atau instansi atau lembaga tempatnya bekerja atau berorganisasi. Dosa sosial jika tidak dihentikan, maka makin lama bersifat masif dan terstruktur. Jadilah dosa structural, yang secara perlahan merusak tatanan hidup bersama dalam Masyarakat. Sesuatu yang keliru dianggap benar, karena berulangkali dilakukan dan menjadi sebuah kebiasaan.

Setiap orang pernah salah dan berbuat dosa secara pribadi ataupun bersama-sama dalam masyarkaat. Demikian pula seorang Perempuan yang dianggap berdosa oleh orang-orang Farisi. Perempuan ini datang kepada Yesus. Padahal Yesus sedang diundang jamuan makan di rumah orang Farisi. Sebuah tindakan yang tidak lazim dilakukan  oleh Perempuan ini. Apakah itu? Pertama, Perempuan ini datang ke rumah orang Farisi yang sedang menjamu Yesus. Kedua, Perempuan ini membasuh kaki Yesus dengan minyak dalam buli-buli dan menyeka dengan rambutnya. Perempuan yang dianggp berdosa melakukan itu kepada Yesus di rumah orang Farisi. Bukankah ini sebuah pencemaran? Bukankah ini tindakan mengotori rumah dan suasana jamuan makan? Berapa banyak orang yang dianggap kotor, jahat dan berdosa tidak boleh mendekat pada kita. Kita sering menjauhi dan menyingkirkannya?

Apakah Yesus menyingkirkan Perempuan itu? Ternyata tidak. Justru sebaliknya. Yesus menerima pribadi Perempuan itu dan memberinya kesempatan untuk melakukan yang terbaik. Tindakan Perempuan itu menjadi pralambang dari persiapan wafat Yesus yang akan terjadi di kemudian hari. Tindakan Perempuan ini sangat terpuji. Ia melalui tindakannya itu mau mengungkapkan kecintaannya pada Tuhan, sekaligus sebagai ungkapan penyesalan dan pengampunan atas masa lalunya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Yesus,Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi. Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih.” (Lukas 7:46-47)

Tindakan kasih bagi sesama muncul dari pengalaman dicintai dan diampuni oleh Allah. Allah telah banyak memberi rahmat dan kasih-Nya, maka setiap perbuatan baik adalah ungkapan syukur terima kasih kepada Allah. Setiap pertistiwa yang terjadi dalam hidup adalah pengalaman yang sangat bernilai bagi diri sendiri, bagi sesama, bagi Allah dan semesta alam. Setiap kali kita manusia jatuh dalam kesalahan, pada saat itu pula belas kasih dan kerahiman Allah terbuka bagi kita. Di tahun Yubileum pesiarah pengharapan ini, mari kita saling mengampuni dan mengasihi setiap pribadi yang telah berbuat keliru dan salah, kejahatan dan kedosaan. Kita membantu mereka yang rapuh dan lemah untuk keluar dari kelemahan dan kerapuhannya. Belaskasih dan pengampunan Allah tetap ada hari ini, seperti yang dialami Perempuan dalam kisah Injil. Tuhan memberkati hidup kita. (rm. Medyanto, o.carm)  

Hendaknya memandang sesama dalam kehadiranNya

Posted by admin on September 16, 2025
Posted in Podcast 

Rm Gunawan Wibisono O.Carm

Audio Podcast Link

Ketika Kita Sudah Tidak Mau Mendengar

Posted by admin on September 16, 2025
Posted in renungan 

Rm Agung Wahyudianto O.Carm

Lukas 7:31–35 | “Anak-anak yang duduk di pasar”

Yesus hari ini memakai gambaran yang sangat sederhana tapi tajam: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka seperti anak-anak yang duduk di pasar dan saling menyerukan: Kami meniup seruling, tetapi kamu tidak menari; kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis.”

Yesus menggambarkan generasi yang sulit disentuh oleh apa pun. Mau diajak bersukacita, mereka diam. Mau diajak berdukacita, mereka juga tak bereaksi. Hati mereka tertutup. Mereka hanya mau melihat dan mendengar apa yang cocok dengan pikirannya sendiri. Bahkan Yohanes Pembaptis dikritik karena terlalu asketis, dan Yesus pun dikritik karena terlalu dekat dengan orang berdosa. Dua kepribadian yang sangat berbeda—namun dua-duanya ditolak. Mengapa? Karena bukan soal siapa yang bicara, tapi apakah kita masih mau mendengar.

Renungan ini sangat relevan bagi kita hari ini. Dalam dunia yang penuh opini dan perdebatan, kita dengan mudah mengunci hati dan telinga. Kita menolak bukan karena isi pesannya, tapi karena siapa yang menyampaikannya, atau karena caranya tidak sesuai dengan selera kita. Kita menilai terlalu cepat, dan sering kali kehilangan kesempatan untuk belajar, berubah, atau disentuh oleh kasih.

Yesus mengakhiri bagian ini dengan berkata, “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” Artinya, kebenaran akan tetap hidup, tapi hanya dapat dikenali oleh hati yang terbuka. Orang yang siap mendengar, bahkan dari tempat yang tak terduga, akan menemukan kebijaksanaan. Tapi mereka yang sibuk menilai dari luar, akan terus hidup dalam kebingungan.

Hari ini, mari kita bertanya: apakah aku masih mau mendengar? Apakah aku hanya mau mendengar yang cocok dengan pikiranku, ataukah aku membuka hati untuk disentuh oleh Tuhan, dalam cara dan wajah yang tak selalu aku harapkan?

Karena sering kali, yang datang bukan yang kita inginkan, tapi justru itulah yang kita butuhkan. Dan hanya hati yang jernih yang bisa melihatnya.

“Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.” (Lukas 7:35)

Translate »